Perang Rusia dan ukraina yang berdampak pada tindakan sangsi Amerika dan sekutunya terhadap Rusia membuahkan aliansi yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh dunia barat.
Hubungan Rusia dan Tiongkok sebelum perang Rusia dan Ukrainia dapat dikatakan tidak tergolong sangat dekat ataupun luar biasa.
Namun tekanan Amerika dan sekutunya terhadap kedua negara ini membuat Rusia dan Tiongkok melakukan aliansi yang tidak pernah diperhitungkan sebelumnya dan tentunya akan merubah tatanan politik, ekomoni dan militer dunia.
Dunia Barat sebelumnya memandang aliansi kedua negara ini tidak mungkin terjadi, namun pada kenyataannya situasilah yang akhirnya menyebabkan kedua negara raksasa ini menghilangkan perbedaan diantara keduanya dan memilih untuk beraliansi.
Tekanan Amerika terhadap Tiongkok baik dari segi ekonomi, politik teknologi dll membuat Tiongkok harus bertahan dan melakukan perlawanan.
Pemblokiran teknologi 5G ataupun teknologi lebih canggih lainnya walaupun menghambat namun tidak menghalangi ekspansi Tiongkok dalam hal pengembangan dan penjualan teknologi terbaru ini.
Dari sisi politik Amerika dan sekutunya mencoba mengobrak abrik pengaruh Tiongkok di kawasan laut Tiongkok selatan termasuk Taiwan, Hongkong, Tibet dan masalah penaggaran HAM minoritas Uighur.
Perang dagang besar besaran yang diluncurkan oleh Amerika di jaman pemerintahan Donald Trump ternyata belum dapat menaklukkan Tiongkok, bahkan sebaliknya berdampak buruk pada perokonomian Amerika.
Sangsi besar besaran yang diharapkan dapat mengisolasi Rusia walaupun berdampak namun belum berdampak sistematis pada Rusia.
Bahkan sangsi masif yang diterapkan ini membuat dunia kalang kabut karena menimbulkan efek domini berupa terjadi krisis bahan bakar dan pangan global yang berdampak sangat langsung pada peningkatan harga dan inflasi dunia.