Perang Rusia dan Ukraina serta sanksi serampangan yang diterapkan oleh Amerika dan sekutunya terhadap Rusia kini mulai menunjukkan dampak yang menakutkan.
Efek domino ini merembet dengan pasti tidak saja ke negara maju namun juga menghantam negara miskin dan negara sedang berkembang utamanya akibat kenaikan harga bahan bakar dan bahan pangan yang tidak terkendali.
Data terbaru yang dikeluarkan oleh World Bank minggu ini menunjukkan bahwa krisis pangan global akan menjadi permasalahan yang sangat serius.
Bagi sebagian negara kenaikan harga pangan ini sudah mencapai 1% dari pendapatan nasional tahunan, dan bagi negara lainnya kenaikan harga pangan ini sudah menyebabkan kegagalan sekaligus memicu krisis utang yang membuat perekonomian negara tersebut semakin memburuk.
Inflasi Pangan
Sebelum terjadi perang Rusia dan Ukraina dan penerapan sanksi yang sangat masif dan tidak masuk akal terhadap Rusia oleh Amerika dan sekutunya, sebagai besar negara pemberi sanksi tidak pernah berpikir bahwa apa yang dilakukan mereka akan menimbulkan krisis global.
Bank Dunia menyoroti inflasi pangan yang tidak terkendali kini terjadi pada negeri-negara yang diambang kebangkrutan akibat kriris pangan.
Sebagai contoh Bank Dunia menyebutkan Lebanon yang merupakan negara yang paling parah terdampak dari kenaikan inflasi pangan ini.
Dengan jumlah penduduk 6.8 juta Lebanon mengalami kenaikan inflasi pangan mencapai 332% jika dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu.
Tingkat inflasi umum di Lebanon yang saat ini sudah mencapai 150% tentunya menambah buruk situasi perekonomian negara ini.