FAO baru saja mengeluarkan Food Price Index di penghujung bulan April ini yang menunjukkan kekhawatiran besar karena harga pangan dunia melonjak tajam dan semakin tidak terkendali akibat konflik Rusia dan Ukraina.
Ada dua hal yang menjadi kenaikan harga pangan ini yaitu pertama Rusia dan Ukraina merupakan eksportir komoditas pertanian utama dunia seperti misalnya gandum, jagung, shorgum dll
Sebagai contoh produk gandum Rusia dan Ukraina mengisi pangsa ekspor sebesar 25%, sehingga dapat dimengerti jika ekspor ini terganggu maka akan mengguncang harga gandum dunia.
Jadi tidak heran jika harga gandum dunia melonjak sebesar hampir 20% (19.7%) jika dibandingan kondisi sebelum konflik Rusia dan Ukraina.
Faktor kedua yang cukup berperan adalah terganggunya jalur ekspor di kawasan Laut Hitam yang membuat harga melambung tinggi.
Disamping kedua faktor ini, tentunya Rusia juga tercatat sebagai pemasok utama minyak dan gas alam dunia.
Harga Meningkat Tajam
Data food price index yang dikeluarkan oleh FAO pada hari jumat lalu menunjukkan kenaikan harga yang signifikan untuk minyak goreng, serelia, dan daging dengan persentase kenaikan mencapai lebih dari 30% jika dibandingkan dengan harga di tahun lalu.
Perang Rusia dan Ukraina juga menyebabkan harga serelia melonjak sebesar 17% akibat penutupan pelabuhan ekspor jagung dari Ukraina. Kenaikan harga jagung tercatat mencapai 19.1%