Lihat ke Halaman Asli

Ronny Rachman Noor

TERVERIFIKASI

Geneticist

Rusia Tetap Diundang ke Pertemuan Puncak G20, Indonesia Menjadi Sorotan

Diperbarui: 9 April 2022   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia menerima Estafet presidensi G20 dari Italia. Photo: ANTARA/Diro kepresidenan) 

Konflik Rusia dan Ukraina memang sudah melebar kemana mana termasuk ke organinasi yang utamanya berbasis ekonomi G20.

Indonesia yang kini memegang presidensi G20 memang mendapat tekanan banyak pihak untuk tidak mengundang Rusia yang merupakan salah satu anggota G20 dan bahkan ada negara anggota yang mengusulkan untuk mengeluarkan Rusia dari G20.

Pemikiran "nyeleneh" Joe Biden agar Rusia tidak diundang ke pertemuan G20 yang akan diselenggarakan bulan November 2022 mendatang sekaligus meminta Rusia untuk dikeluarkan  dan Indonesia harus mengundang Ukraina tidak membuat Indonesia goyang dari pendapat dan posisinya.

Gerakan Joe Biden untuk "menghukum" Rusia di G20 juga didukung penuh oleh sekutu dekatnya Australia, ketika Perdana Menteri Australia Scott Morison meminta untuk menolak kehadiran Putin.

Sikap Indonesia yang tidak terombang ambing oleh berbagai tekanan ini menunjukkan bahwa disamping sebagai presiden G20 tahun ini Indonesia juga sebagai negara besar yang tidak mudah untuk didike oleh negara lain untuk kepentingan tertentu.

Sikap Indonesia sudah benar karena Indonesia memiliki kewajiban untuk mengundang semua anggota G20 karena itulah aturan organisasi yang sebenarnya.  Apalagi forum G20 adalah forum yang memiliki flatform ekonomi dan tidak semua negara anggotanya sealiran dengan Amerika dan sekutunya.

Saat ini sebagai negara non blok Indonesia tidak memiliki pilihan lainnya kecuali bersikap netral dan bersahabat baik dengan Ukraina maupun dengan Rusia seperti yang telah ditunjukkan oleh Indonesia selama ini.

Dalam perjalanan sejarah Indonesia memang pernah tercatat "dekat" dengan Uni Soviet di era tahun 1950 an sebelum kekuatan besar yang menjadi lawan Amerika dan sekutunya di era perang dingin pecah menjadi beberapa negara termasuk Rusia dan Ukraina.

Menurut pakar sejarah, dari sisi politik Uni Soviet juga tercatat sebagi pendukung Indonesia untuk menjadi anggota PBB.  Dari sisi Ekonomi pun ketika Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games di tahun 1962, Uni Soviet juga memberikan bantuan pinjaman lunak uang puluhan  jutaan dollar untuk membangun fasilitas olahraga (catatan: Stadiun Senayan merupakan salah satunya).

Indonesia juga tercatat pernah membeli berbagai perlengkapan dan peralatan militer dari Uni Soviet di era tahun 1961 an dengan besaran anggaran mencapai ratusan juta dollar

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline