Hasil penelitian yang dipublikasikan minggu ini di Communication Biology Nature berhasil menguak hal penting terkait dengan pembangunan pembangkit tenaga air di berbagai wilayah di dunia termasuk Indonesia dalam hubungannya dengan semakin meningkatnya kelangkaan harimau yang kini sedang dalam tahap sangat mengkhawatirkan.
Penelitian ini berhasil mengungkap bahwa pembangunan pembangkit listrik tenaga air dengan membangun tempat penampungan air menyebabkan kerusakan dan degradasi lingkungan yang berdampak pada kehilangan biodiversitas.
Hal yang sudah pasti bahwa pembangunan bendungan berdampak besar pada biodiversitas, flora dan fauna air tawar akibat tergenangnya wilayah yang luas di sekitar bendungan.
Tidak hanya sampai disini saja pembangunan bendungan ternyata bersentuhan langsung dengan kelangsungan hidup harimau dan jaguar yang selama ini umumnya tidak diperhitungkan.
Status populasi harimau yang langka ini memang sangat memperihatinkan karena mendapat tekanan tambahan dari dampak pembangunan bendungan yang merusak habitat dan ekosistem di sekitar bendungan yang dalam banyak hal tumpang tindih dengan habitat harimau.
Menurut data yang terbaru yang dikeluarkan oleh IUCN status harimau masuk kategori berbahaya dengan jumlah yang diperkirakan hanya tinggal 3.500 harimau di seluruh dunia.
Hal lain yang sangat memperihatinkan adalah laju kepunahannya yang mencapai 90% dalam kurun waktu 100 tahun terakhir ini.
Upaya pelestarian harimau yang dilakukan dunia memberikan secercah harapan karena menunjukkan tanda tanda peningkatan populasi jika dibandingkan dengan populasi harimau di tahun 2010 lalu yang hanya tinggal 3.200 ekor saja.
Menurut WWF negara yang diperkirakan populasi harimaunya mengalami peningkatan adalah India, Nepal, Risa, Bhuhan dan Tiongkok.
Populasi harimau yang tersisa di dunia memang terkonsentasi di India yang mencapai 75% dari total populasi harimau yang ada di dunia.