Kemarin ada perubahan kebijakan yang sangat drastis yang diambil oleh Tiongkok dalam pembatasan jumlah anak yang diperolehkan untuk setiap keluarga.
Tidak tanggung-tanggung kebijakan one child one family yang pernah diterapkan secara ketat selama 40 tahun di Tiongkok untuk mengendalikan populasinya kini dikendurkan menjadi 3 anak untuk setiap keluarga.
Perubahan drastis terkait jumlah anak maksimum yang dipebolehkan oleh negara ini tentunya terkait banyak hal yang jika tidak segera diambil langkah drastis maka dikhawatirkan daalam kurun waktu 20 tahun ke depan Tiongkok akan menghadapi masalah yang sangat serius dalam kependudukan ini.
Tiongkok memang telah berhasil membangun ekonominya dari negeri komunis miskin menjadi salah kekuatan kedua ekonomi dunia dan diperkirakan dalam kurun waktu yang tidak lama lagi menjadi negeri dengan perokonomian terkuat dunia. Namun keberhasilan ini dapat saja sirna jika tidak disertai dengan perencanaan dan pembangunan kependudukannya untuk menunjang kebangkitan ekonominya.
Dampak buruk negatif one child one family.
Dari segi pengendalian pertumbuhan jumlah penduduk, kebijakan satu anak satu keluarga yang sangat kontroversial ini memang dapat dianggap sukses. Namun dampak jangka panjang dari kebijakan ini yang sekarang mulai dirasakan oleh Tiongkok.
Data statistik kependudukan yang baru saja dikeluarkan oleh pemerintah Tiongkok menunjukkan bahwa saat ini pertumbuhan populasi Tiongkok sejak tahun 1950-an adalah yang paling lambat dan diperkirakan jika tidak diambil kebijakan yang sangat drastis kecenderungan melambatnya pertumbuhan jumlah pendukduk ini akan terus berlanjut dan mengancam perekonomian Tiongkok yang sedang cemerlang.
Berdasarkan data terbaru tersebut populasi Tiongkok daratan meningkat 5,38 persen menjadi 1,41 miliar jiwa .
Data hasil sensus 10 tahunan ini menunjukkan bahwa tingkat kesuburan hanya mencapai 1,3 anak per wanita untuk tahun 2020.
Kondisi inilah yang sangat mengkhawatirkan pemerintah Tiongkok karena tingkat kesuburan ini setara dengan masyarakat yang semakin menua seperti Jepang dan Italia.
Di tahun 2016 lalu pemerintah menargetkan penduduknya mencapai 1,42 milyar pada tahun 2020 dengan target tingkat kesuburan wanitanya 1,8 anak per wanita, namun pada kenyataannya berdasarkan hasil sensus ini jumlah penduduknya hanya mencapai 1,41 milyar saja.