Akhir minggu lalu kembali terjadi peristiwa yang sangat memalukan Amerika ketika salah satu infrasruktur paling vitalnya yaitu Colonial Pipeline yang merupakan suplai utama bahan bakar di wilayah East Coast ini berhasil dibobol oleh hackers.
Serangan hackers ini merupakan serangan terbesar dalam sejarah Amerika yang mentargetkan infrastruktur yang sangat vital.
Tindakan hackers yang mengguncang Amerika ini membuat presiden Joe Biden turun tangan langsung melakukan komunikasi dengan musuh bebuyutannya Presiden Rusia Putin.
Akibat serangan yang mengejutkan ini suplai bahan bakar sempat terhenti beberapa hari dan harga bahan bakar naik 6% untuk setiap galonnya dan juga mengganggu perdagangan saham di Wall Street.
Pertanyaan yang muncul sekarang adalah bagaimana negara adikuasa seperti Amerika bisa kebobolan dan berakibat fatal ?
Serangan ini sedemikan dasyatnya sehingga berhasil melumpuhkan suplai bahan bakar beberapa hari.
Seperti biasanya jika Amerika mendapat serangan hackers dan kebobolan yang dikambing hitamkan adalah Rusia, Tiongkok, Iran dan Korea Utara. Namun kali ini Presiden Amerika Joe Biden secara terbuka menyatakan bahwa Rusia tidak terlibat dalam serangan ini namun ada kemungkinan para hackers secara individu berbasis di Rusia.
Bagi sebagian besar kita mungkin sulit untuk membayangkan bagaimana hackers dapat menyerang jaringan pipa penyalur bahan bakar ini?
Secara infrastruktur Colonial pipeline ini memang tampak seperti infrastuktur lainnya yaitu ada pipa, pompa dan juga bahan bakar, namun hampir semua sistem operasinya dirancang secara digital.
Digitalisasi sistem, ini meliputi sensor tekanan, thermostat, katup dan pompa yang mengatur aliran bahan bakar sepanjang ratusan kilometer.
Colonial pipeline juga mengunakan robot yang secara rutin memeriksa indikator yang terpasang di sistem pipa untuk menemukan adanya abnormalitas aliran bahan bakar.