Lihat ke Halaman Asli

Ronny Rachman Noor

TERVERIFIKASI

Geneticist

Dilema Politik Rasisme Negara G7

Diperbarui: 20 Februari 2021   14:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertemuan puncak G7 Tanggal 19 Februari 2020. Sumber: AFP

Apa yang terjadi pada pertemuan negara G7 (Amerika, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Kanada, dan Jepang)  pada tanggal 19 Februari 2021 lalu yang diselenggarakan melalui virtual yang dikenal dengan the virtual Munich Security Conference memang sangat menarik untuk dibahas

Pertemuan kali ini merupakan pertemuan pertama kali yang dihadiri Joe Biden setelah sebelumnya ketidakharmonisan muncul ke permukaan ketika Trump menjabat sebagai presiden. 

Saat itu Trump tidak saja menjungkirbalikkan tradisi saling menghormati dan berkomitmen pada kesepakatan, namun juga menyerang secara pribadi pimpinan G7 yang dianggap tidak sepakat dengan Amerika.

Kehadiran Biden memang diharapkan membawa angin segar keharmonisan negara kelompok G7 ini dan juga mengembalikan perpolitikan dan  kebijakan luar negeri Amerika pada rel yang seharusnya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa di era Trump dengan slogannya "make America Great Again" yang dapat saja diartikan sebagai bagian dari membangkitkan White Supremacy ini membuat Amerika terpuruk di dunia internasional.

Keterpurukan Amerika ini sekaligus membuka pintu lebar bagi Cina, Rusia, dan Iran di dunia perpolitikan dunia.

Biden memang menegaskan bahwa Amerika akan kembali kepada komitmen dan  partnership di perpolitian Internasional yang selama ini diabaikan oleh Trump.

Namun di lain pihak dibalik komitmennya tersebut Biden mengajak pimpinan G7 untuk melawan Cina, Rusia dan Iran sebagai poros yang membahayakan dunia.  Bahkan Biden menyebut Rusia sebagai biang kerok melemahkan aliansi transatlantik.  Sedangkan Cina sebagai negara yang telah melakukan abuse perekonomian dunia.

Pernyataan Joe Biden di pertemuan ini "America is Back" memang sangat diharapkan dunia namun dibalik ucapan Biden ini tersirat rasisme politik yang sangat kuat.

Jika dikaji lebih dalam Rusia memang menjadi target khusus Amerika karena dianggap (walaupun belum pernah ada bukti yang kuat) telah melakukan intervensi politik dalam negeri Amerika melalui intervensi pemilihan presiden.

Kekuatan teknologi dan perekonomian Rusia memang telah menggeser dominasi Amerika. Demikian juga dominasi politk luar negeri Rusia di kawasan Timur Tengah yang bergejolak memang telah menghancurkan reputasi Amerika.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline