Data yang dikeluarkan oleh Biro Statistik Nasional Tiongkok menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 6 tahun terakhir jumlah perkawinan di Tiongkok menurun tajam yaitu sekitar 41% yaitu tahun 2013 yang sebanyak 23,8 juta turun menjadi hanya 12,9 juta di tahun 2019 lalu.
Fenomena menunda perkawinan tidak hanya terjadi pada wanita namun juga pada pria.
Sebagai gambaran coba kita lihat rata rata usia perkawinan di tahun 1990 sampai tahun 2016 yang bergeser dari kisaran 22 menjadi 25 tahun untuk wanita dan 24 menjadi 27 tahun untuk pria.
Penundaan usia perkawinan ini bahkan lebih ekstrim terjadi di kota besar. Sebagai contoh rata rata usia kawin di Shanghai di tahun 2015 saja sudah mencapai 28 tahun untuk wanita dan 30 tahun untuk pria.
Pergeseran Nilai
Zaman memang telah merubah pandangan generasi milenial Tiongkok terhadap perkawinan. Pergeseran pandangan dari yang sepenuhnya bertumpu pada nilai budaya dan tradisi ke arah realita dimana kalangan milenial Tiongkok banyak yang bekerja dan mengejar karirnya di kota kota besar.
Jika dulu usia bagi 30 tahun bagi wanita Tiongkok yang belum menikah merupakan sesuatu yang memalukan bagi dirinya dan keluarga karena dianggap tidak laku dan tidak mampu, maka kini anggapan itu sudah mulai meluntur seiring dengan berjalannya waktu.
Penundaan usia kawin sudah mulai umum terjadi dan pihak keluarga yang dulu bersikeras memegang tradisi dan nilai tradisi kini sedikit demi sedikit sudah mulai memaklumi pandangan generasi milenial Tiongkok.
Jika dicari benang merahnya, penuruan angka perkawinan ini tentunya tidak lepas dampak kebijakan pemerintah Tiongkok yang diterapkan puluhan tahun lalu untuk mengontrol pertumbuhan penduduk dengan sangat ketat dan juga perubahan atitud wanita muda Tiongkok untuk menunda perkawinan.
Di tahun 1979 sebagai upaya mengontrol populasi, pemerintah Tiongkok menerapkan kebijakan one-child policy. Kebijakan ini ternyata berdampak besar bagi perkembangan ekonomi Tiongkok karena jumlah angkatan kerja mulai tahun 2014 mengalami penurunan drastis.
Sebagai dampaknya saat ini jumlah laki laki generasi milenial yang masuk usia perkawinan melebihi jumlah wanita, dimana kelebihannya sebanyak 30 juta laki laki.