Lihat ke Halaman Asli

Ronny Rachman Noor

TERVERIFIKASI

Geneticist

Krisis Kemanusiaan Yaman, Siapa yang Peduli?

Diperbarui: 16 Desember 2020   10:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak perempuan yang mengalami malnurisi di rumah sakit al-Sabeen di ibukota Yaman Sanaa tanggal 27 October 2020. Sumber: Khaled Abdullah/Reuters

Tidak banyak memang orang yang perduli akan  dampak perang dan pergolakan politik di Yaman yang sudah berlangsung sejak tahun 2014 lalu.  Perhatian dunia hanya terfokus pada bagaimana Saudi dan sekutunya konflik  dengan Houthi  yang disebut mereka sebagai kelompok  yang berseberangan saling beradu pengaruhnya di Yaman.

Konflik yang semula bermula di dalam negeri sebagai masalah internal, namun sudah meluas mejadi konflik internasional dan berujung pada krisis kemanusiaan.

Pada tahun 2014 lalu Houthi kelompok yang didukung Iran melakukan gerakan dan menguasai sebagian besar wilayah Yaman termasuk ibukota Sanaa.

Konflik ini semakin meluas di tahun 2015 ketika Saudi Arabia beserta koalisinya yang didukung oleh negara Barat melakukan intervensi untuk mengembalikan kekuasaan presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang didukung oleh Saudi.

Konflik yang berkepanjangan ini diperkirakan telah memakan korban jiwa sebanyak 100.000 orang.

Dengan berdalih kebenaran, kelompok  yang sedang berkonflik di Yaman dan di wilayah sekitarnya di bawah dukungan Iran, Koalisi Saudi dan negara Barat membiarkan  konflik ini berlarut larut dan bertentangan dengan kaidah hukum internasional dan nilai kemanusiaan.

Oleh sebab itu tidak heran jika the International Rescue Committee (IRC) dengan mengalisis data dampak perang selama tiga tahun terakhir ini menempatkan Yaman sebagai negara yang paling riskan mengalami tragedi kemanusiaan.

Prediksi terjadi tragedi kemanusiaan di Yaman memang sangat mendasar karena sebanyak  21 juta penduduk Yaman kini memerlukan bantuan kemanusian sebagai dampak perang saudara yang diperbesar dengan campur tangan negara lain ini.

Jika dunia internasioal tidak mengulurkan tangan maka negara Yaman tidak memiliki masa depan lagi.  Perang dan konflik berkepanjangan memang harus segera dihentikan di Yaman  oleh pihak pihak yang terlibat baik di dalam negeri maupun aktor yang bermain dari negara negara lain agar tragedi kemanusian ini dapat dihindari.

Menurut catatan IRC dari 10 negara yang diprediksi rawan terhadap konflik kemanusiaan,  Yaman menempati urutan pertama sebagai negara yang paling beresiko, dengan urutan seperti berikut: Yaman,  Afghanistan, Syria, the Democratic Republic of the Congo, Ethiopia, Burkina Faso, South Sudan, Nigeria, Venezuela dan Mozambique.

Di kelompok  kedua negara yang juga beresiko yang mengalami krisis adalah Cameroon, the Central African Republic, Chad,  Colombia,  Lebanon, Mali, Nigeria, Palestina, Somalia dan Sudan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline