Kematian tragis George Floyd warga African American yang memicu gerakan the Black Lives Matters di seluruh dunia menyadarkan dunia bahwa rasisme itu merupakan penyakit masyarakat yang sangat sulit disembuhkan.
Perjalanan sejarah kehidupan manusia memang tidak pernah lepas dari rasisme ini sebagai cerminan perasaan dan anggapan superiorisme ras tertentu.
Salah satu "korban" gerakan the Black Lives Matters ini adalah produser beras ikonik Uncle Ben yang telah merajai pasar dunia selama 70 tahun.
Produsen beras Uncle Ben dengan segala macam variasi produknya akan segera mengganti logo ikonik selama ini yang sangat dikenal masyarakat dunia.
Logo seorang pria kulit hitam berbaju putih dibalut jas biru dengan dasi hitam berbentuk kupu kupu dianggap sebagai bentuk rasisme yang sangat erat hubungannya dengan era kolonialisme.
Menghilangkan ataupun mengganti logo yang sudah lagendaris memang dirasakan sangat berat bagi produsen beras terkenal ini. Namun arus gerakan anti rasisme ini sangat deras yang tidak dapat terbendung lagi.
Produsen beras yang merintis usahanya ini di era tahun 1940 an ini kini harus mengganti nama dan logonya yang berasal dari model yang bernama Frank Brown dengan logo dan nama lain.
Setelah melakukan urun rembug dengan pegawai dan konsumen da pihak lainnya akhirnya nama Uncle Ben akan diganti dengan Ben Original.
Sebenarnya jika ditinjau dari tanggung jawab sosialnya, perusahan beras ternama ini sangat jauh dari rasisme karena sangat memperhatikan kelompok masyarakat African American baik dalam bentuk pemberian beasiswa dan program perbaikan nutrisi selama lebih dari 40 tahun.
Uncle Ben bukanlah satu satunya logo yang dikritik karena berbau rasis oleh gerakan anti rasisme yang sedang melanda dunia.
Merek dan logo lainnya yang juga tergerus arus gerakan anti rasisme ini adalah Quaker Oat yang mengusung logo Aunt Jemima yang menggunakan logo bergambar wanita kulit hitam. Para pengkritik logo ini menyebutkan bahwa logo ini melambangkan wanita kulit hitam yang melayani majikannya yang berkulit putih.