Memang akan sangat mudah mengarahkan telunjuk ke arah kelompok pejuang Houthi yang sedang terlibat konflik langsung di Yaman sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam penyerangan dua kilang pengolahan minyak terbesar Aramco di Abqaiq dan Khurais Arab Saudi tanggal 14 September 2019 lalu.
Keberhasilan penyerangan yang menghancurkan beberapa bangunan dan peralatan vital di Aramco memang mengejutkan dunia, apalagi sistem pertahanan wilayah Arab Saudi dengan menggunakan persenjataan termodern Amerika sama sekali tidak berdaya ketika drone yang dipersenjatai ini dengan mudah mengarungi wilayah Arab Saudi dan menghantam kilang minyak tersebut.
Tuduhan bahwa serangan ini dilakukan oleh kelompok Houthi mengemuka ketika segera setelah itu kelompok pemberontak yang sedang berada di zona konflik Yaman ini mengklaim bahwa serangan ini dilakukannya.
Dalam kasus ini sekutu Arab Saudi, Amerika dan beberapa negara Eropa menuduh secara terang terangan bahwa Iran lah yang berada dibalik penyerangan ini karena kelompok Houthi memang pro Iran dan selama ini memang terindikasi didukung Iran.
Serangan terhadap kilang minyak terbesar Arab Saudi ini memang menguncang dunia karena secara langsung memicu peningkatan harga minyak dunia. Hal ini dapat dimengerti karena kilang Aramco ini sangat vital bagi suplai minyak dunia. Serangan terhadap Aramco ini membuat produksi minyak kilang ini terganggu beberapa bulan sebelum suplai minyaknya dapat pulih kembali.
Serangan ke kilang minyak Aramco ini membuat tim independen PBB langsung turun tangan untuk menyelidiki siapa sebenarnya yang paling bertanggung jawab terhadap serangan yang mengejutkan dunia ini.
Dalam konflik di Yaman ini Arab Saudi yang terlibat langsung berpihak pada pemerintahan resmi yang sedang berkonflik dengan Houthi yang didukung oleh Iran.
Dunia Barat memang sudah lama mengkambing hitamkan Iran di beberapa wilayah konflik di Timur Tengah. Secara politik Iran mengakui bahwa pemeritahannya mendukung perjuangan pemberontak ini, namun membantah bahwa negaranya terlibat dalam memberikan bantuan militer.
Entah disengaja atau tidak PBB mengumumkan hasil penyelidikan terkait penyerangan terhadap Aramco ini bersamaan dengan semakin meningkatnya ketegangan antara Amerika dan Iran akibat tindakan Amerika yang menyerang komandan militer Iran Qassem Soleimani yang berbasis di Irak yang mengakibatkan kematiannya.
Sehari setelah kematian jenderal elit Iran ini, militer Iran menembakkan lusinan roket yang menghancurkan pangkalan militer Amerika di Irak sebagai pembalasan Iran.
Dalam pengumumannya PBB menyatakan bahwa berdasarkan penyelidikan kelompok Houthi bukanlah penyerang Aramco. Hal ini disimpulkan dari jauhnya jarak antara tempat peluncuran yang diklaim kelompok Houthi di wilayah Yaman dengan sararan yang terlalu jauh.