Serangan drone yang diklaim dilakukan oleh Houthi Yaman yang menyebabkan lumpuhnya 2 kilang pengolahan minyak terbesar Aramco milik Arab Saudi memang menghebohkan dunia.
Serangan tersebut menyebabkan kelumpuhan produksi pengolahan minyak mencapai 50% dan diprediksi akan mempengaruhi suplai minyak dunia terutama ke Amerika.
Dari hasil analisis intelejen, serangan ini dinilai sudah direncanakan dengan matang dan tingkat akurasi yang sangat tinggi karena target serangan memang sangat akurat mengenai bangunan vital dibeberapa penampungan minyak.
Dunia memang sangat terkejut dengan kecanggihan serangan ini karena menggunakan drone yang menurut pengakuan Houthi berjumlah 10 drone.
Hal yang sangat mengejutkan adalah bagaimana 10 drone ini yang diperkirakan diluncurkan dari wilayah konflik Yaman yang berjarak 500 mil ini dapat mengenai secara tepat sasarannya.
Kilang pengolahan minyak ini tidak hanya vital bagi Arab Saudi saja namun bagi dunia karena dalam sehari kilang yang diserang ini dapat mengolah sekitar 8,4 juta barrel minyak mentah dan kilang minyak Aramco yang diserang mampu menghasilkan minyak 5,5 juta barrel per harinya.
Sementara itu agar produksi dapat pulih kembali Arab Saudi harus melakukan perbaikan dalam waktu berbulan bulan.
Akibat serangan yang mengganggu suplai minyak dunia ini harga minyak mentah dunia langsung nail 19% dalam kurun waktu 2 hari setalah serangan.
Amerika telah mengeluarkan pernyataan akan menggunakan cadangan minyaknya untuk mengatasi kekurangan minyak akibat tidak berfungsinya aliran minyak secara normal dari Aramco.
Pertanyaan yang sangat menggelitik adalah bagaimana mungkin Arab Saudi sama sekali tidak berdaya melindungi kilang minyak yang sedemikian viatalnya bagi negara dan juga bagi dunia? Padahal hampir semua jenis persenjataan dan sistem pertahanan modern produksi Amerika dan sekutunya ini dimiliki oleh Arab Saudi.
Bagaimana mungkin negara yang terlibat dalam konflik dengan Yaman ini intelejennya hampir tidak berfungsi dalam serangan yang melumpuhkan kilang minyak terbesarnya, padahal apparat intelejennya pada umumnya dididik dan disiapkan di negeri negara yang sistem intelejennya tercanggih di dunia?