Masih ingat lagu lagendaris Bob Marley dengan grupnya the Wailers seperti No Woman, No Cry dan Stir It Up?
Betapa lekatnya musik Reggae ini dengan masyarakat bawah karena disamping terkait erat dengan budaya juga dekat di hati masyarakat. Lyric music Reggae kebanyakan bercerita tentang kehidupan keseharian masyarakat.
Baru saja PBB melalui UNESCO mengakui musik Raggae sebagai warisan budaya dunia yang digolongkan sebagai "intangible cultural heritage".
Musik Reggae yang berasal dari Jamaica ini dianggap UNESCO salah satu harta warisan dunia karena ciri khas musiknya yang menyarakan ketidakadilan, perlawanan terhadap kesewenangan, cinta dan nilai nilai kemanusiaan yang berdampak besar pada kehidupan sosial politik, sensasi, serta spiritual.
Pada tahun 1968 musik Reggae mulai melanda dunia ketika lagu Do the Reggay, yang dibawakan oleh Toots and the Maytals menjadi lagu Reggae pertama yang popular.
Musik Reggae mulai muncul di era tahun 1970 an yang menjema dari gaya musik Jamaica Ska dan rocksteady. Disamping itu di dalam musik Reggae juga ada unsur jazz dan blues yang mengisi rohnya.
Sejak munculnya aliran musik baru ini Reggae mengalami perkembangan yang pesat dan popular di Amerika dan Inggris mengingat banyak imigran Jamaika yang pindah ke negara tersebut pasca berakhirnya perang dunia II.
Gaya musik yang menyuarakan isu sosial politik, keterbelengguan dan ketidakadilan dan ketimpangan sosial ini cepat mendapat tempat di hati masyarakat karena mengena pada situasi kehidupan sehari hari.
Gaya musik Reggae yang kental akan suara bass dan drum ini memang banyak mempengarui artis dunia di berbagai club Reggae yang membuat gaya musik ini semakin akrab di hati masyaralat.
Simak saja lyric salah satu lagu Reggae yang dinyanyikan oleh Bob Marley di tahun 1973 yang berjudul "Burnin' and lootin" yang sangat kental situasi mencekam dan ketidak adilan yang dihadapi masyarakat.
"This morning I woke up in a curfew / Oh God, I was a prisoner too / Could not recognize the faces standing over me / They were all dressed in uniforms of brutality,"