Sejak diperkenalkannya program vaksinasi di seluruh dunia sebagai salah cara mengontrol kesehatan masyarakat dan juga mengeliminasi penyebaran penyakit memang ada saja orang secara individu ataupun berkelompok menentangnya dan tidak mau melakukan vaksinasi. termsuk di Indonesia.
Individu ataupun kelompok anti vaksin ini tidak akan mengubah siikap dan pendiriannya walaupun ada bukti ilmiah terkait manfaat dan efektivitas vaksin bagi kesehatan masyarakat dimana mereka berada. Pertanyaan nya adalah mengapa mereka bersikap seperti ini?
Dari hasil survey yang dilakukan di 24 negara menunjukkan bahwa sikap anti vaksin ini ternyata tidak hanya terkait dengan tingkat pendidikan saja namun lebih jauh lagi.
Individu dan kelompok anti vaksin yang tidak percaya pada vaksin cenderung percaya bahwa vaksinasi merupakan suatu gerakan konspirasi, atau sebagai sikap pemberontakan sekaligus ingin menunjukkan kebanggaan karena bahwa dirinya berbeda.
Kepercayaan bahwa vaksin adalah bentuk konspirasi perusahaan penghasil vaksin atau bahkan negara penghasil vaksin untuk menghancurkan kelompok dan bangsa tertentu dunia ternyata cukup dominan.
Hal lain yang juga terungkap dari hasil survey ini adalah rasa ketakutan akan jarum dan darah dalam melakukan vaksinasi mendorong sikap anti terhadap vaksinasi. Faktor psikologi ketakutan akan jarum sunti dan darah ini juga cukup dominan namun pada umumnya ketakukan ini jarang terungkap kepermukaan.
Kepercayaan bahwa vaksinasi merupakan suatu konspirasi ternyata lebih tinggi terjadi di negara Argentina, Brazil, Chile dan Mexico, jika dibandingkan di negara maju seperti Kanada, Jerman dan New Zealand. Sikap seperti ini kemungkinan didasari keterbatasan akses internet sehingga akses informasi terhadap vaksin dan vaksinasi sangat kurang.
Gerakan anti vaksinasi di berbagai negara ternyata melakukan gerakannya dengan menyajikan hal hal yang negatif terhadap vaksin di berbagai media sosial termsuk Facebook. Keterbatasan pengetahuan pengakses internet menyebabkan banyak diantara mereka yang percaya terhadap informasi negatif vaksin sebagai suatu keniscayaan.
Gerakan anti vaksin ini ternyata cukup banyak pengikutnya. Sebagai contoh di Brazil pada tahun 2017 lalu pengikut salah satu gerakan anti vaksin di Facebook jumlahnya mencapai 17 ribu orang. Mereka saling membagi berita negatif seperti misalnya vaksinasi akan menyebabkan autis.
Akibatnya pada tahun 2017 lalu hanya sekitar 76,6% anak anak di Brazil mendapatkan vaksinasi MMR kedua. Vaksin MMR ini berfungsi melindungi anak dari penyakit campak, gondong dan rubella.
Alasan lain dari kelompok anti vaksin ini biasanya terkait dengan agama dan kepercayaan bahwa vaksin yang digunakan bertentangan dengan ajaran agama.