Wilayah Asia Tenggara menang sangat unik jika dilihat dari segi keragaman orangnya, budaya dan juga keahlian bertani yang telah diwariskan secara turun menurun.
Pertanyaan yang paling menggelitik adalah dari mana sebenarnya penduduk yang menempati wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia ini berasal ? Dari mana datangnya keahlian bertani yang berkembang di wilayah Asia Tenggara ini mengingat nenek moyang penduduk Asia Tenggara tidak memiliki keahlian bertani namun hanya memiliki keahlian berburu saja?
Studi terbaru yang dilakukan oleh kelompok peneliti dari berbagai negara yang dipublikasikan di jurnal ilmiah bergengsi dunia Science pada tanggal 18 Mei 2018 lalu mengungkap misteri asal usul nenek moyang penduduk Asia Tenggara dan darimana keahlian bertani itu berasal.
Para peneliti ini berhasil menganalisa DNA purba yang diambil dari berbagai situs di lima wilayah di Asia Tenggara yang berisi kerangka manusia purba yang berusia sekitar 4.1000-1.700 tahun.
Gelombang Migrasi
Catatan sejarah yang disusun berdasarkan penemuan fosil menunjukkan bahwa wilayah Asia Tenggara memang memiliki sejarah migrasi dan hunian manusia yang cukup komplek. Sebagai contoh Homo erectus diperkirakan telah menghuni wilayah ini sekitar 1,6 juta tahun yang lalu.
Namun manusia modern Homo sapiens baru menempati wilayah ini sekitar 70.000 tahun yang lalu. Selama puluhan ribu tahun mereka hidup berkelompok agar bertahan hidup dengan mengandalkan keahlian berburunya. Keturunan mereka yang masih bertahan sampai saat ini adalah penduduk asli Australia, yaitu Aborigin dan penduduk asli papua.
Dalam kurun waktu 50.000 tahun terakhir ini diperkirakan paling tidak terjadi 3 gelombang migrasi ke wilayah Asia Tenggara ini. Gelombang migrasi pertama yang masuk ke wilayah Asia Tenggara ini terjadi sekitar 45.000 tahun yang lalu yang dicirikan dengan kehalian berburunya.
Hasil studi menunjukkan bahwa pertanian untuk pertama kalinya muncul di wilayah Asia Tenggara terjadi di Man Bac di Vietnam. Keahlian bertani ini dibawa oleh nenek moyang pendatang mereka yang berasal dari wilayah Tiongkok Selatan.
Keahlian bertani ini berkembang akibat terjadinya percampuran nenek moyang yang berasal dari wilayah Tiongkok Selatan dengan nenek moyang Eurasia yang memiliki keahlian berburu.
Keahlian dan keterampilan bertani di wilayah Asia Tenggara ini diperkirakan baru dimulai sekitar 4.000-4.500 tahun yang lalu seiring dengan berkembanganya keahlian membuat peralatan dan keramik di wilayah Tiongkok Selatan.