Tidak tampak tanda lanjutnya usia yang menonjol ketika Kiyoko Ozeki wanita yang kini berusia 88 tahun ini menerima ijazah Doktornya dari Ritsumeikan University di Kyoto kemaren. Tanda yang tampak hanya cara berjalan menuju panggung yang agak pelan dan diperlukan sedikit bantuan ketika menapak tangga panggung tempat wisuda.
Paling tidak ada dua tradisi yang dilanggar oleh Kiyoko Ozeki. Sebagai seorang wanita umumnya orang seusianya akan lebih banyak menghabiskan masa tuanya di rumah dan sekitarnya dengan kegiatan yang ringan ringan.
Usia di atas 80 tahun memang mengharuskan orang mengurangi kegiatan fisiknya karena biasanya kesehatan dan aktivitas metabolisme mulai melambat akibat bertambahnya usia. Disamping itu tentunya pada usia ini biasanya daya ingat seseorang sudah mulai menurun.
Di usianya yang ke 88 tahun Kiyoko Ozeki membuktikan bahwa sebagai seorang wanita dia berhasil mengatasi kendala penurunan kualitas fisik akibat penuaan dan juga sekaligus membuktikan bahwa di usianya yang sudah sangat lanjut tersebut pikirannya masih jernih.
Kiyoko Ozeki berhasil meraih gelar doktor dengan topik penelitian yang masih mencerminkan kewanitaannya dengan meneliti teksil Jepang kuno. Tidak tanggung tanggung, Kiyoko Ozeki menghabiskan waktunya selama lebih dari 30 tahun meneliti teksil kuno ini mulai dari era Jomon (10,500–300 B.C) yang dianggap sebagai salah satu awal era tekstil Jepang.
Ketekunan inilah yang dituangkan Kiyoko Ozeki dalam disertasinya yang berjudul the origin of fabric culture in Japan and its characteristics sekaligus berhasil memenuhi syarat untuk meraih gelar PhD di Ritsumeikan University.
Tradisi kedua yang dilanggar oleh Kiyoko Ozeki adalah tradisi batasan menempuh ilmu yang umumnya didominasi oleh kelompok usia muda dan produksif.
Kiyoko Ozeki telah berhasil membuktikan bahwa menempuh ilmu itu tidak mengenal usia, bahkan di usianya yang sudah sangat lanjut dimana kebanyakan orang beranggapan bahwa orang seusianya akan mengalami hambatan besar dalam menempuh studi, apalagi untuk meraih gelar akademik tertinggi yaitu gelar doktor.
Kondisi fisik yang tampak sehat dan kecantikan yang masih melekat diwajahnya membuat Kiyoko Ozeki sangat berwibawa dengan toganya saat melangkah naik panggung dan menerima ijazah doktornya yang diserahkan oleh pihak universitas.
Perjalanan berliku
Kiyoko Ozeki lahir di Nagoya pada tahun 1929 lalu dan ketika Perang Dunia II berakhir Kiyoko sudah berumur 16 tahun dan tidak memiliki kesempatan untuk kuliah.