Hari ini Gretchen Miller wartawan ABC menampilkan artikel yang sangat menarik bagi para pencinta satwa liar dunia dengan judul "Indonesia's songbirds at risk as competitions drive illegal wildlife trade"
Bisnis burung berkicau ini memang sedang booming dan sekaligus mengkhawatirkan. Berkembangnya bisnis burung berkicau ini tidak lepas dari hadiah yang cukup menggiurkan. Berdasarkan laporan ini burung berkicau yang berkualitas harganya dapat cepat berkembang dari harga beli yang hanya Rp. 100 ribu jika memenangkan kompetisi harganya melonjak menjadi Rp. 60 juta. Bahkan pemenang kompetisi di tingkat nasional dapat melambungkan harga burung berkicau menjadi Rp. 200 juta.
Kekhawatiran akan punahnya berbagai spesies burung berkicau akibat semakin berkembangnya hobi dan kompetisi burung berkicau ini memang cukup beralasan terutama besarnya angka burung berkicau yang ditangkap di alam liar jika dibandingkan dengan jumlah burung berkicau yang berhasil dibiakkan oleh pembiak burung liar dan dilepaskan kembali ke alam liar.
Membiakkan burung liar memang tidaklah mudah, karena diperlukan pengetahuan akan teknik budidaya, tingkah laku dan lingkungan alaminya agar burung berkicau ini dapat berkembang biak di penangkaran.
Seringkali kegagalan terjadi karena sulitnya menirukan lingkungan alamiah burung berkicau ini, sehingga akhirnya burung liar ini mengalami stress di penangkaran. Akibatnya burung ini tidak dapat berkembang biak dan bahkan mengalami kematian.
Data yang berasal dari pemonitor jaringan perdagangan satwa liar "Traffic" dan "Planet Indonesia" yang dikutip oleh Gretchen Miller menunjukkan bahwa pada tahun 2016 lalu angka perdagangan burung berkicau di pasar burung di Kalimantan mencapai 25.000 ekor, sedangkan angka ini lebih mencengangkan jika diamati data perdagangan burung berkicau di Jakarta. Dalam 3 hari saja menurut "Traffic" angka perdagangannya di seluruh wilayah Jakarta mencapai 19.000 ekor.
Meningkatnya hobi memelihara burung berkicau dan juga makin semaraknya lomba lomba burung berkicau diperkirakan akan memberikan tekanan terhadap upaya pelestarian burung liar ini.
Menurut catatan "Traffic" saat ini ada sekitar 19 spesies burung berkicau di Indonesia yang menjadi langka karena maraknya perdagangan burung berkicau ini. Angka ini memang cukup mengkhawatirkan mengingat di Indonesia tercatat sebanyak 90 spesies burung yang dilindungi.
Bahkan menurut "Planet Indonesia"perdagangan burung berkicau Indonesia sudah meliputi 300 spesies burung liar dengan angka perdagangan mencapai 1-2 juta ekor setiap tahunnya.
Mengapa semakin popular?
Menurut Gretchen Miller tradisi menikmati suara burung berkicau ini berasal dari tradisi Jawa. Perhatian terhadap burung berkicau ini mulai mendapatkan momentumnya di era tahun 1970an seiring dengan semakin maraknya berbagai kompetisi burung berkicau. Tradisi ini berkembang ke berbagai wilayah di Indonesia seiring dengan pergerakan dan perpindahan orang di era program transmigrasi yang terjadi di tahun 1980an.