Komodo memang merupakan salah satu satwa liar unik yang diduga sudah hidup di era dinosaurus. Bahkan di beberapa film dokumenter komodo disebutkan sebagai "living fossil" yang banyak menarik perhatian ilmuwan dunia.
Disamping ukurannya yang digolongkan sebagai kadal raksasa, sudah banyak film dokumenter yang berhasil mendokumentasikan kehidupan komodo yang unik sehingga satwa liar ini dapat bertahan hidup sampai sekarang.
Dengan ukuran tubuhnya yang besar dan gerakannya yang lambat, para ilmuwan berhasil mengungkapkan bahwa air liur mengandung bakteri berbahaya sehingga mangsa yang digigitnya dalam beberapa hari akan mati.
Namun justru ada hal yang menarik dari proses kematian mangsa komodo setelah digit, yaitu luka gigitan tidak akan pulih, sehingga disamping mangsa komodo ini akan kehabisan darah, juga terjadi infeksi akibat lukanya yang akan berujung pada kematian.
Pengetahuan akan adanya spesies kadal yang mengandung bisa baru dapat diungkap oleh para ilmuwan sekitar 11 tahun yang lalu. Sebelumnya tidak banyak pengetahuan terkait dengan bisa ini kecuali kenyataan bahwa gigitan kadal akan menyebabkan sakit dan pembengkakan.
Berdasarkan hasil analisa dari bisa berbagai spesies kadal termasuk di dalamnya komodo, para ilmuwan gabungan dari Australia, Hong Kong, Macau, UK dan USA yang dikoordinir oleh para peneliti dari University Queensland berhasil mengungkap bahwa bisa komodo berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai obat anti pembekuan darah atau yang dikenal dalam bidang kedokteran sebagai antiblood clots. Penemuan ini baru saja dipublikasikan di the Journal Toxins.
Pembekuan darah merupakan masalah tersendiri dalam bidang kesehatan karena mengakibatkan stroke, heart attack, dan deep-vein thrombosis yang berujung pada kematian jutaan orang setiap tahunnya di seluruh dunia. Bisa komodo ternyata mekasisme kerjanya serupa dengan kerja obat pengencer darah yang selama ini ada.
Para peneliti ini selama tiga tahun terakhir berhasil mengembangkan teknik bagaimana memanen bisa komodo. Dapat dibayangkan betapa berbahaya nya jika teknik pengambilan bisa dilakukan dengan cara yang sama dengan pengambilan bisa ular.
Ternyata teknik yang dikembangkan cukup sederhana namun berfungsi dengan baik, yaitu dengan menggunakan ayam yang terbuat dari karet dan juga hewan lain yang biasa dimangsa oleh komodo yang juga terbuat dari karet.
Dengan mengkondisikan ayam atau hewan kecil lain yang terbuat dari karet dengan aroma alamiah hewan yang biasa dimangsa, komodo akan tertarik untuk menggigitnya. Pada saat menggigit komodo akan melepaskan bisa nya dan masuk ke dalam mangsa yang terbuat dari karet tersebut.
Bisa inilah yang selanjutnya diteliti dan dikembangkan sebagai salah satu materi pembuatan zat anti pembekuan darah. Walaupun masih memerlukan waktu sampai obat anti pembekuan darah ini tersedia di pasaran, namun tampaknya potensi bisa komodo sebagai obat anti pembekuan darah sangatlah besar.