Tidak ada yang dapat membantah bahwa Usain Bolt pelari Jamaica adalah atlit terbesar sepanjang masa, bahkan dunia sepakat mensejajarkan prestasi dan nama besarnya dengan Muhammad Ali sang petinju lagendaris.
Di usianya yang kini mencapai 30 tahun memang sudah dianggap terlalu tua bagi seorang atlit di lintasan, namun Bolt tetap terus mengukir prestasi yang mungkin tidak akan pernah disamai oleh atlit lain.
Dalam waktu kurang dari dua minggu, dunia akan kehilangan Bolt karena secara resmi setelah penampilan terakhirnya dia akan mengundurkan diri. Apapun hasilnya di ajang pertandingan atletik paling bergengsi dunia di London pada hari Sabtu mendatang, tidak akan mengubah pandangan dunia terhdap prestasi yang telah dicapainya yang tentunya sangat sulit disamai oleh orang lain.
Pertandingan perpisahannya ini akan mencetak sejarah dalam hal jumlah penonton yang diperkirakan merupakan pertandingan atletik yang terbanyak dihadiri oleh penonton dalam sejarah suatu ajang pertandingan atletik.
Keramahan dan penampilan Bolt yang ramah dan bersahabat menjadikan dirinya sebagai superstar di lintasan dan di luar lintasan dan menjadi buruan wartawan penulis berita dimanapun dia berada. Dengan gayanya yang khas setiap kali berhasil menjuarai suatu lomba yaitu dengan gaya memanah ke udara yang melambangkan torehan prestasinya seperti anak panah yang melesat dari busurnya, menjadikan gayanya ini icon dunia.
Sebanyak 400 jurnalis dan TV dari seluruh penjuru dunia akan meliput pertandingan perpisahannya ini. Raihan pretasi yang dicapainya sudah tidak terhitung lagi, demikian juga jumlah rekor dunia yang telah diukirnya. Namun menurut dirinya prestasi yang yang dianggap dunia luar biasa adalah ketika dia memenangkan lomba 100 dan 200 m di olimpiade di Beijing pada tahun 2008 lalu.
Bolt memang dilahirkan untuk menjadi juara. Ketika berusia 15 tahun Bolt berhasil meraih prestasi yang dianggapnya paling membanggakan dan tidak terlupakan, yaitu meraih juara tingkat junior.
Bolt pernah mengungkap rahasia kesuksesan dirinya dengan mengatakan bahwa dia selalu memacu tubuhnya untuk mencapai batasan maksimal dan menetapkan target barunya setiap tahun. Motivasi ini dalam beberapa hal justru dipicu oleh lawan yang merendahkan kemampuan dirinya.
Perjuangannya dari bawah dalam meraih prestasi dan berbagai halangan dan cedera yang dialaminya serta kebangkitannya kembali telah didokumentasikan dalam film yang berjudul "I am Bolt".
Pada penampilan terakhirnya nanti di London Bolt menargetkan akan meraih dua kemenangan lagi sebagai kelengkapan penutup karirnya, yaitu mencapai gelar kemenangan di ajang lomba 100 m yang keempat kalinya dan gelar yang kelima kalinya untuk ajang 4 x 100 m lari berantai putra.
Jika dia berhasil meraih dua kemenang ini berarti dia telah mengoleksi 13 kemenangan disamping 8 medali emas yang telah diraihnya di ajang olimpiade. Di stadiun London ini memang Bolt pernah mempertahankan galarnya dengan meraih dua kemenangan sekaligus pada tahun 2012 lalu.