Lihat ke Halaman Asli

Ronny Rachman Noor

TERVERIFIKASI

Geneticist

Bogor yang Kini Sudah Tidak Seperti Dulu Lagi

Diperbarui: 8 Juli 2017   10:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gunung Salak di hari Lebaran menampakkan kembali keindahannya. Photo: Dok Pribadi

Bagi anda yang pernah merasakan bersihnya udara kota Bogor di era awal tahun 1980 an tentunya akan dapat membayangkan betapa  pekatnya embun pagi dan dinginnya udara Bogor di pagi hari.

Waktu itu posisi kampus IPB di Baranangsiang merupakan bangunan yang berada di pinggiran kota Bogor dengan tugu Kujang yang saat itu belum ada kujangnya,  di sekitar tugu masih banyak delman parkir menunggu penumpang.

Masih melekat  diingatan perpaduan bau kotoran kuda dan asap bemo yang pada saat itu merupakan transportasi paling umum di kota Bogor selain becak tentunya.

Jika kita telusuri lagi di wilayah pemukiman zaman dulu  yang dibangun di jaman belanda di sekitar jalan Cikurai, Ciremai dan sekitarnya kita akan dapat menyaksikan betapa asrinya rumah rumah tersebut yang menyatu dengan alam.

Bogor memang merupakan salah satu kota peristirahatan di zaman Belanda.  Kota Bogor yang memiliki tipe wilayah yang tidak datar dengan jalan sempit memang saat itu tidak diperuntukkan sebagai kota penyangga.

Banyaknya lembaga  penelitian termasuk Kampus IPB memang tampaknya sengaja diatur oleh pemerintah Belanda dan pemerintah Republik ini agar Bogor tampak selalu asri sebagai kota peristirahatan dan kota pengembangan ilmu pengetahuan.

Kebun raya Bogor merupakan salah satu wilayah konservasi lingkungan, jantung oksigen kota Bogor sekaligus sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan juga merupakan salah contoh bagaimana pemerintahan saat itu sangat perduli dengan tata ruang dan tata wilayah kota dan kabupaten Bogor.

Kota Bogor yang memiliki topografi bergelombang ini dihiasi dengan pemandangan tiga gunung yang luar biasa indahnya di sepanjang hari.  Gunung Salak, gunung Gede dan gunung Pangrango ketika itu memang menjadi ikon kota Bogor yang terkenal dengan kesegaran udara dan keindahannya.

Titik balik pembangunan kota Bogor yang mulai tidak terkendali tampaknya terjadi di awal  era tahun 1980 an ketika tol jagorawi dibangun dan diselesaikan.  Sejak itu kota Bogor yang biasanya dicapai dengan bus lewat jalan biasa dari terminal Cililitan Jakarta sangat mudah diakses dalam jarak tempuh yang sangat singkat. Di awal rampungnya pembangunan   tol Jagorawi dari Jakarta ke Bogor dapat ditempuh hanya dengan waktu sekitar 30 menit saja. 

Titik balik kedua adalah ketika mulai diperkenalkan beberapa angkot berwarna hijau di tahun 1986-an.

Dua titik balik ini tampaknya telah mengubah wajah kota Bogor untuk selama-lamanya.  Beban pencemaran lingkungan dan udara kota Bogor tidak saja berasal dari kota Bogor saja melainkan juga dari wilayah puncak yang semakin padat dan tentunya Jakarta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline