Dalam bulan ini saja paling tidak KPK telah melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) sebanyak 3 kali yang melibatkan berbagai pihak termasuk pejabat negara termasuk kasus yang baru saja terjadi adalah OTT DPRD Kota Mojokerto.
Jika melihat seringnya ditemukan kasus korupsi di berbagai lembaga mengidikasikan adanya fenomena gunung es yang mulai muncul ke permukaan. Orang awam tentunya bertanya tanya mengapa kasus korupsi terus berlanjut, di tengah tengah upaya bersama memberantas korupsi ini. Disamping itu lembaga pencegahan korupsi seperti Irjen, BKP, KPK dll sudah ada dan dibentuk untuk melakukan pengawasan dan penindakan terhadap tindakan korupsi.
Jika kita menengok kembali sejarah peradapan dunia, korupsi bukanlah sesuatu yang baru namun merupakan praktek kuno yang melanda Romawi, Yunani, Tiongkok dll yang berujung pada keruntuhan kejayaan dinasti dan kerajaan kuno tersebut.
di Zaman kekaisaran Romawi kuno ada ungkapan sbb:
"Aetas parentum, peior avis, tulit Nos nequiores,mox daturos Progeniem vitiosiorem"
yang kira kira berarti generasi orang tua kami lebih buruk dari generasi kakek kami dalam hal korupsi. Kehancuran kami akibat tindakan orang tua kami, dan anak anak kami akan mengalami kehancuran yang lebih parah.
Ungkapan tersebut menggambarkan bagaimana buruknya praktek korupsi di jaman Romawi kuno yang mengakibatkan runtuhnya kekaisaran Romawi yang sempat menguasai dunia. Kehancuran yang sama juga terjadi di jaman Yunani kuno dan kekaisaran Tiongkok kuno.
Di era modern psikologi tindakan korupsi ini menyangkut sifat ketidakjujuran seseorang yang yang mendorong individu tersebut melakukan tindakan korupsi sangat terkait dengan moralitas dan lingkungan dimana individu tersebut berada.
Jika kita bertanya secara acak, kita tentu akan mendapatkan jawaban bahwa sebagian besar orang tidak setuju dengan tindakan korupsi termasuk di negara yang paling korup di dunia sekalipun. Namun pertanyaan sekarang adalah mengapa korupsi tersebut semakin meluas dan menyangkut hampir di semua sendi sendi kehidupan masyarakat?
Tindakan korupsi ini semakin berkembang dari hanya merupakan tindakan individu menjadi tindakan berkelompok. Hal yang lebih mengkhawatirkan adalah jika ada kelompok individu yang melakukan korupsi, maka individu atau kelompok lain di sekitarnya cenderung melakukan meniru tindakan tersebut.
Tindakan tiru meniru dalam hal korupsi ini memang sangat menarik untuk di bahas, karena pada suatu titik tindakan korupsi yang dilakukan ini berubah menjadi pembenaran karena orang orang di sekitarnya melakukan hal yang sama.
Hasil studi yang terkait dengan psikologi korupsi ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki perasaan dan solidaritas menjadi bagian dari suatu kelompok akan menunjukkan rasa kesetiakawanannya paling tidak dengan menutup mulut walaupun dia menyaksikan tindakan korupsi tersebut berlangsung.