Kekalahan yang baru saja diderita oleh Marine Le Pen dari Emmanuel Macron yang diperkirakan memperoleh persentase kisaran perolehan suara hampir mencapai 35 % dinilai sekaligus merupakan kemenangan bagi Marine Le Pen yang mau tidak mau harus diakui berhasil membawa idealis nasionalis garis kerasnya.
Pemilihan presiden Perancis kali ini memang terasa sangat berbeda setelah partai mainstream terjungkal di pemililihan putaran pertama. Banyak pemilih merasakan ketidaknyamanan karena pilihan yang ada sangat berbeda dan tidak sesuai dengan harapannya. Rakyat Perancis dihadapkan pada dua pilihan ekstrim yaitu faham patriotisme dan faham globalisme.
Emmanuel Macron mantan menteri ekonomi ini memang maju secara independen, jadi tidak mewakili golongan kiri ataupun kanan. Sedangkan Marine le Pen maju dari partai front Nasionalis yang terkenal dengan garis keras nasionalis dan patriotis nya. Tidak hanya Perancis, bahkan dunia pun khawatir Marine Le Pen akan mengulangi sejarah keberhasilan Brexit vote di UK dan terpilihnya Donald Trump di US
Belum pernah dalam sejarah pemilihan presiden Perancis rakyat dihadapkan dengan 2 pilihan yang sangat berbeda karena pemain utama sebenarnya yaitu kandidat dari sayap kanan republikan dan kandidat dari sayap kiri partai sosialis yang menguasai perpolitikan Perancis sejak tahun 1958 sudah tersingkir dalam pemilihan pertama. Jadi sebenarnya Emmanuel Macron dan Marine Le Pen adalah outsider dalam pemilihan presiden kali ini.
Hasil pemilihan putaran pertama tanggal 23 April lalu peringkat pertama diduduki oleh Emmanuel Macron dengan perolehan suara 24,01% dan diikuti peringkat kedua oleh Marine Le Pen dari Front National sebanyak 21,30%. Sebelum pemilihan kedua berlangsung Macron memang diunggulkan dengan perolehan suara 60:40 dibandingkan dengan Marine Le Pen
Kalau kita lihat sejarah sebelumnya tahun 2002 lalu ketika ayah Marine Le Pen, Jean Marie Le Pen pendiri partai Front Nasional secara mengejutkan masuk dalam pemilihan presiden Perancis putaran kedua.
Saat itu suasananya hampir sama dengan suasana pemilihan kali ini yang memaksa banyak partai yang bersatu membentuk front republik untuk menahan laju front nasional yang ide dan garis politiknya dianggap sangat ekstrim. Saat itu pada putaran pertama pemilihan dimenangi oleh Jacques Chirac dengan persentase kemenangan 19,88% sedangkan Jean-Marie Le Pen memperoleh suara 16,87%.
Hasil dari persatuan partai yang sangat khawatir dengan kebijakan front nasionalis ternyata berhasil karena pada putaran kedua Chirac berhasil memenangi pemilihan dengan perolehan suara 82,2 % sedangkan perolehan suara Jean-Marie Le Pen tidak beranjak jauh, yaitu hanya memperoleh suara 17,8% saja.
Jika dibandingkan dengan perolehan suara ayahnya pada pemilihan tahun 2002, maka hasil perolehan suara Marine Le Pen baik di putaran pertama maupun di putaran kedua harus diakui berhasil secara gemilang berhasil mengangkat reputasi partai front nasionalis.
Kekalahan Marine Le Pen sekaligus merupakan kemenangan bagi Marine Le Pen karena sudah dipastikan dia akan memberikan peran yang sangat besar saat nantinya Marine Le Pan dalam posisinya sebagai partai oposisi sebagai lawan dari pemerintahan Emmanuel Macron.
Keberhasilan Marine Le Pen pada putaran pertama menunjukkan terjadinya pergeseran peta kekuatan perpolitikan Perancis dengan tersingkirnya partai politik mainstream, sedangkan perolehan suara yang diraih oleh Marine Le Pen pada putaran kedua menunjukkan terjadinya rekonfigurasi antara penganut faham patriotisme dengan faham globalisme.