Lihat ke Halaman Asli

Ronny Rachman Noor

TERVERIFIKASI

Geneticist

Taxidermy: Seni dan Teknik Mengawetkan Binatang

Diperbarui: 18 Maret 2017   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ditangan ahli taxidermy, dua anjing liar ini seolah hidup kembali. Karya ini dinonatkan sebagai juara Australia tahun 2017. Photo: ABC Radio Melbourne: Fiona Pepper

Bagi sebagian pencinta binatang,  kematian binatang kesayangannya akan menimbulkan rasa  kesedihan dan kehilangan yang luar biasa.  Mereka menginginkan dapat selalu mengenang dan bersama binatang kesayangannya.

Disamping pencinta binatang, para ilmuwan juga memerlukan teknik mengawetkan binatang ini  untuk mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

Taxidermy menyangkut teknik dan seni mengawetkan binatang.  Taxidermy erat sekali dengan seni karena binatang yang diawetkan harus menghasilkan binatang awetan yang mendekati keadaan sebagaimana ketika binatang tersebut masih hidup.

Taxidermy membuat binatang yang sudah mati seolah hidup kembali. Photo: s-media-cache-ak0.pinimg.com

Karya taxidermy yang dipadu dengan karya seni. Photo: i.imgur.com

Taxidermy berasal dari dua kata Yunani, yaitu taxis yang berarti pergerakan dan derma yang berarti kulit. Jadi pada intinya taxidermy berarti teknik mengawetkan kulit asli binatang dan membangun kembali tubuh binatang dengan bahan buatan.

Saat ini dengan semakin berkembangnya taxidermy, sudah dipadukan dengan berbagai karya seni lainnya seperti kerajinan kayu, melukis dll.  Sebagai contoh Taxidermy kepala kijang bahan yang asli hanya kulit dan tanduknya saja, sedangkan bahan lainnya terbuat dari bahan buatan.

Taxidermy pada dasarnya dimulai dengan memisahkan kulit binatang yang sudah mati secara hati hati dari tubuh, sedangkan  bagian daging yang melekat pada kulit dihilangkan. Selanjutnya kulit diawetkan dengan bahan tertentu yang tidak merusak penampilan luar binatang tersebut.

Setelah kulit diawetkan tubuh binatang kembali dibangun dan dikembalikan seperti aslinya dengan menggunakan busa, kapas, kawat.  

Pengawetan tahap kedua dilakukan kembali setelah binatang dibentuk menyerupai bentuk aslinya.

Setelah pengawetan tahap kedua ini bagian tubuh lainnya seperti pinggul dan bagian lainnya dibentuk kembali dengan menggunakan kawat. Mata asli binatang juga harus diganti dengan mata buatan yang terbentuk dari kaca.

Langkah  terakhir yang dilakukan dalam mengawetkan binatang ini adalah menjahit bagian yang terbuka tepat mengisi bahan bahan tambahan ke dalam tubuh.

Ditangan ahlinya binatang yang sudah mati ini disulap seloah hidup kembali sehingga membuat kagum orang yang melihatnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline