Mungkin belum hilang dari ingatan kita semua ketika kasus cabai asal Tiongkok yang mengandung bakteri berbahaya yang terjadi beberapa waktu lalu di beberapa wilayah di Indonesia.
Sebagai negara yang mengangantungkan diri pada produk pertanian biosekuri merupakan hal yang tidak dapat ditawar tawar. Kegagalan sistem biosekuriti yang dilakukan oleh suatu negara akan berakibat sangat fatal dan bahkan akan menghancurkan perekonomian suatu negara.
Perang modern tidak lagi harus dilakukan dengan adu kekuatan militer namun invasi melalui pelemahan sistem biosekuriti suatu negara kini menjadi perhatian para ahli strategi pertahanan.
Kasus meledaknya virus udang yang dinamakan white spot yang kini sedang melanda Australia dapat dikatakan sebagai contoh bagaimana kelemahan biosekuriti dapat merentokkan perekonomian.
Kasus yang melanda negara bagian Queensland ini dalam waktu singkat diperkirakan menelan biaya dan kerugian mencapai $400 milyar atau setara dengan Rp. 4.000.000.000.000.000,- dan merontokkan industri budidaya udang dan udang hasil tangkapan liar.
Hasil investigasi mengungkap bahwa masuknya virus white spot ini sebenarnya telah terdeteksi pada bulan Agustus 2016 lalu. Saat itu dideteksi banyaknya udang impor untuk keperluan perayaan natal dan akhir tahun yang terkontaminasi virus ini masuk ke Australia. Selanjutnya ternyata udang impor ini dijadikan juga umpan untuk memancing yang lokasinya berada dekat dengan budidaya udang.
Keterlambatan melakukan langkah eliminasi dan penanganan kasus ini menyebabkan kasus virus white spot meledak tidak terkendali dan menyebar sangat cepat menjangkiti udang budidaya dan udang liar di alam.
Ditinjau dari segi kerugian, akibatnya memang sangat dasyat. Sebagai contoh seorang peternak udang mengalami kerugian mencapai lebih dari $1 milyar atau setara dengan Rp. 10 trilyun dalam waktu hitungan minggu saja.
Mengapa begitu cepat menyebar?
Virus white spot pada umumnya menyerang peternakan udang komersil dengan tingkat kematian mencapai lebih dari 80% hanya dalam kurun waktu 3-10 hari saja. Tidak hanya sampai disini saja biasanya suatu peternakan yang terjangkit virus ini produksinya menurun sampai 60% selama paling tidak 2 tahun setelah terjangkiti virus.
Virus ini disamping udang juga menyerang Crustacea lainnya seperti lobster dan kepiting.