Kerja keras hampir sebanyak 60 pakar imunologi yang dipublikasikan di Jurnal Ilmiah Immunity tanggal 15 November 2016 yang lalu memberikan angin segar sekaligus membuka kemungkinan untuk mencegah dan mengobati HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Para peneliti ini berhasil mengidentifikasi antibodi dari penderita HIV yang dinamakan dengan N6 yang dapat menetralisir sebanyak 98% strain HIV yang diujicobakan, meliputi 16 dari 20 strain yang sebelumnya terbukti resisten terhadap antibodi lainnya.
Para peneliti yang berasal dari the National Institutes of Health ini disamping menemukan antibodi juga telah melakukan monitoring evolusi dari antibodi N6 untuk mengungkap mekanisme kerja dan kemampuan antibodi ini dalam menetralisir berbagai strain HIV.
Hasil penemuan ini membuka lebar peluang dikembangkannya vaksin yang memiliki jangkauan luas untuk mencegah seseorang terjangkit HIV.
Bagaimana mekanismenya?
Selama ini memang para peneliti menghadapi kesulitan dalam menggunakan antibodi untuk melawan HIV, karena virus HIV memiliki kemampuan untuk merubah protein permukaaannya dengan sangat cepat untuk mengelabui sistim imunitas tubuh manusia.
Pada tahun 2010 peneliti dari NIAID Vaccine Research Center (VRC) berhasil menemukan antibodi VRC01 yang memiliki kemampuan untuk menghentikan 90% strain HIV untuk menginfeksi sel sel pada tubuh manusia.
Mekanisme yang dimiliki antibodi N6 ini hampir sama dengan kemampuan antibody VRC01 dalam melawan virus HIV, yaitu memblok infeksi dengan cara menempel pada bagian sampul virus yang dinamakan dengan CD4 yang akan mencegah virus menempelkan dirinya pada sel sel yang terkait dengan imunitas.
Saat ini antibodi VRC01 sedang diujicobakan secara klinis pada pasien HIV dengan cara memasukkan ke dalam tubuh pasien melalui infus intravenous untuk melihat seberapa jauh antibodi ini digunakan untuk mencegah infeksi HIV pada manusia.
Antibodi N6 dinilai berpotensi lebih besar dibandingkan dengan antibodi VRC01 mengingat kemampuannya yang lebih kuat dan tahan lama dalam mencegah dan juga mengobati HIV. Kemungkinan besar antibodi N6 ini dapat disuntikkan secara subcutaneous (kedalam lemah di bawah kulit).
Penemuan antibodi N6 yang berpotensi digunakan untuk pengobatan dan pencegahan HIV ini tentu saja memberikan angin segar bagi dunia dalam mengeliminasi virus HIV sekaligus mengobati pasien HIV yang saat ini tercatat sebagai salah satu epidemi yang menghantui dunia. Data HIV/AIDS dunia 2015 dapat lihat pada ilustrasi berikut: