Virus Zika yang kini menghantui dunia memang perlu mendapat perhatian bagi kita bersama. Disamping dampaknya yang belum diketahui semuanya, cara penyebaran virus ini juga sangat mengkhawatirkan . Disamping penyebaran virus ini utamanya terjadi dengan perantaraan nyamuk, namun bukti ilmiah lainnya menunjukkan bahwa penuluaran juga dapat dilakukan melalui hubungan sexual.
Penemuan dan bukti terbaru yang dipublikasikan di jurnal ilmiah kesehatan bergengsi dunia The New England Journal of Medicine pada tanggal 28 September lalu justru lebih mengkhawatirkan karena ada bukti yang sangat kuat bahwa virus Zika juga ditularkan melalui keringat dan air mata.
Cerita ini bermula ketika seorang pasien berusia 73 tahun bepergian ke Mexico ke wilayah yang terindikasi sebagai wilayah yang terinfeksi virus Zika. Setelah 8 hari pria Amerika ini kembali ke Utah USA dan menunjukkan gejala demam dan sakit pada bagian perut.
Dalam perawatannya di rumah sakit the University of Utah hospital pria ini juga mengalami pembengkakan, mata berair, tekanan darah rendah dan percepatan denyut jantung. Sayangnya walaupun sudah mendapat perawatan yang intensif kondisi pria ini menurun secara drastis dan akhirnya mengalami kegagalan fungsi ginjal, paru dan organ lainnya dan akhirnya meninggal dunia.
Hasil penelitian laboratorium dan uji DNA menunjukkan bahwa pasien ini positif terkena virus Zika dan hasil pengujian lebih lanjut menunjukkan bahwa virus yang menulari pasien ini memiliki kesamaan 98% dengan virus yang ada di Mexico.
Pada saat pasien ini mengalami penurunan kondisi ternyata anak laki lakinya yang berumur 38 tahun berkunjung dan mengusap air mata pasien dan membantu memindahkan posisi badan ayahnya di rumah sakit. Anaknya akhirnya menjadi pasien di rumah sakit tersebut karena menderita gejala yang disebabkan oleh virus Zika.
Dari catatan yang ada anaknya tidak memiliki sejarah pernah berkunjung ke wilayah yang terinfeksi virus Zika. Anaknya tersebut menunjukkan gejala terserang virus Zika terjadi ketika tujuh hari setelah pasien meninggal danterdeteksi ketika dia melakukan konsultasi dengan dokter. Dokter mendeteksi anaknya tersebut matanya merah dan berair yang merupakan gejala umum orang yang tertular virus Zika.
Mengingat di wilayah Utah tidak ditemukan jenis vurus seperti yang ada di Mexico dismulkan bahwa anaknya tersebut terkena virus Zika tidak melalui nyamuk. Hasil rekonstruksi penularan lebih lanjut melalui uji DNA menunjukkan bahwa memang anaknya tersebut tertular virus Zika melalui air mata dan keringat ayahnya.
Hal yang lain yang sangat menarik adalah temuan jumlah virus pada ayahnya sangat mengcengangkan. Setiap millimeter partikel mengandung 200 juta virus yang 100.000 kali lebih tinggi konsentrasinya jika dibandingkan dengan pasien virus Zika pada umumnya, sehingga bersifat fatal.
Pertanyaan yang muncul adalah mengapa ayahnya mengalami dampak yang sangat parah dari virus ini sehingga menyebabkan kematian, sedangkan anaknya yang tertular dari dirinya hanya mengalami gejala ringan padahal jenis virusnya sama ?
Terlepas dari berbagai pertanyaan yang harus dicarikan jawabannya, hal yang sudah dapat dipastikan bahwa virus Zika ditularkan juga melalui keringat dan airmata. Temuan ini sudah pasti akan lebih mengkhawatirkan sekaligus membuat para praktisi kesehatan paling tidak dapat mengantisipasi penularan virus ini lebih luas lagi dengan cara memperbaiki prosedur perawatan dan isolasi pasien yang tertular virus Zika.