Tanda tanda kebakaran hutan akan menjadi masalah lagi di beberapa bulan mendatang tampaknya sudah mulai muncul dengan munculnya titik titik api di Sumatera. Ada baiknya agar tragedi kebakaran hutan tahun 2015 tidak kembali terjadi di tahun ini kita menyimak laporan berikut ini.
Hasil studi terakhir yang dilakukan oleh Van Huijnen dan tim yang dipublikasikan di Scientific Reports, bulan Juni lalu menggambarkan betapa mengerikannya dampak kebakaran hutan di Indonesia tahun 2015 lalu.
Hasil penelitian ini disimpulkan dari hasil analisa data pengamatan satelit yang digabung dengan data observasi langsung di lapangan yang dilakukan di Palangkaraya yang merupakan salah satu wilayah yang diliputi asap terparah.
Studi ini merupakan kolaborasi dari berbagai instusi ternama di dunia seperti: Royal Netherlands Meteorological Institute, De Bilt, The Netherlands; King’s College London, Department of Geography, London WC2R 2LS, UK; NERC (Natural Environment Research Council) National Centre for Earth Observation (NCEO), Reading, UK; Max Planck Institute for Chemistry, Mainz, Germany, Center for International Forestry Research, Bogor, Indonesia, European Centre for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF), Reading, UK; serta Department of Geophysics and Meteorology, Bogor Agricultural University, Bogor, Indonesia.
Berdasarkan laporan tersebut kebakaran hutan di Indonesia tahun 2015 lalu melepaskan emisi karbon sebesar 11,3 juta ton karbon per hari dimana angka ini melebihi emisi karbon total seluruh negara Eropa, yaitu hanya sebesar 8,9 ton. Hasil penelitian yang dipublikasikan ini dianggap sebagai bukti ilmiah betapa mengerikannya dampak kebakaran hutan di Indonesia tahun 2015 lalu.
Kebakaran hutan di Indonesia tahun 2015 yang dianggap dunia sebagai peristiwa katastropik yang berdampak besar terhadap pencemaran lingkungan ini dianggap sebagai peristiwa kebakatan hutan terburuk sejak tahun 1997. Peristiwa kebakaran hutan ini merupakan kombinasi antara pembersihan lahan dengan cara dibakar dan pengaruh El Nino yang membuat kebakaran hutan ini meluas dan tidak terkendali.
Pada periode bulan September-Oktober 2015 telah terjadi puncak emisi karbon dimana sebanyak 857 juta ton karbon dilepaskan ke atmosfir yang menjadikan emisi ini mengambil porsi 87% dari total emisi karbon tahunan Indonesia.
Setiap tahunnya memang konsentrasi CO2 di atmosfir meningkat, namun pada tahun 2015 yang lalu peningkatan tersebut melebihi peningkatan tahun tahun sebelumnya dan kebakaran hutan di Indonesia berkontribusi besar dalam pelepasan emisi karbon ini.
Apa yang harus dilakukan?
Hasil penelitian ini dinilai sangat relevan dengan upaya pemerintah Indonesia dalam mengatasi bencana kebakaran hutan yang dalam beberapa tahun ini rutin terjadi.