Asumsi bahwa konsumsi obat-obatan umum yang dijual bebas aman untuk dikonsumsi tampaknya harus kita pertimbangan kembali, apalagi jika obat obatan ini dikonsumsi saat kehamilan.
Salah satu obat yang paling banyak dijual bebas di pasar adalah obat pereda rasa sakit paracetamol. Paracetamol atau yang dikenal juga dengan acetaminophen adalah jenis obat yang termasuk kelompok analgesik atau pereda rasa sakit ringan hingga menengah dan juga biasa dipakai untuk menurunkan demam.
Paracetamol berfungsi mengurangi rasa sakit dengan cara mengurangi produksi prostaglandin yang dilepaskan oleh tubuh sebagai reaksi terhadap rasa sakit. Paracetamol bekerja menghalangi produksi prostaglandin, sehingga tubuh menjadi tidak terlalu fokus pada rasa sakit. Paracetamol juga bekerja dengan mempengaruhi bagian otak yang berfungsi mengendalikan suhu tubuh.
Hubungan Paracetamol dan Autis
Hasil penelitian yang dipublikasikan di International Journal of Epidemiology awal bulan Juli ini tampaknya perlu menjadi perhatian para orang tua. Walaupun kelihatannya hal yang sepele, namun bagi ibu hamil yang mengkonsumsi paracetamol (acetaminophen) secara intensif meningkatkan peluang anak laki lakinya mengalami autism dan juga mengalami gejala hiperaktif bagi anak laki-laki maupun perempuannya.
Hasil penelitian ini dinilai sebagai penelitian pertama yang menghubungkan antara kejadian autism dan hiperaktif dengan konsumsi obat obatan saat kehamilan sekaligus menjadi perhatian serius bagi para pakar kesehatan.
Penelitian ini melibatkan sebanyak 2644 ibu dan anak yang diamati sejak kehamilan. Selanjutnya 88% dari ibu dan anak ini dievaluasi kondisi kesehatannya setelah anak berusia 1 tahun dan 79,9% kembali dievaluasi setelah anak berusia 5 tahun. Data yang diambil dari ibu saat kehamilan adalah data konsumsi paracetamol (acetaminophen) yang meliputi kategori tidak pernah mengkonsumsi, mengkonsumsi secara sporadis dan mengkonsumsi secara intensif.
Sebanyak 43% anak yang dievaluasi pada usia 1 tahun dan 41% dari anak yang dievaluasi pada usia 5 tahun adalah kelompok anak dari ibu yang mengkonsumsi paracetamol (acetaminophen) selama 32 minggu pertama fase kehamilan.
Hasil penelitian pada kelompok anak yang ibunya selama kehamilan mengkonsumsi paracetamol (acetaminophen) menunjukkan resiko yang lebih tinggi terhadap kejadian hiperaktif atau gejala impulsif. Anak anak ini menunjukkan performa yang lebih buruk berdasarkan hasil pengujian yang terkait dengan kualitas keinginan, impulsifitas dan kecepatan memproses informasi.
Konsumsi paracetamol (acetaminophen) meningkatkan gejala autism dan juga penurunan konsentrasi pada anak laki-laki sebanyak 30%. Pengaruh yang lebih besar pada anak laki kali ini trerkait dengan otak anak laki-laki lebih rentan terhadap perngaruh dari luar yang berbahaya dalam fase awal perkembangan otak. Perbedaaan dampak pada anak laki-laki dan anak perempuan diduga akibat adanya gangguan hormon androgen, dimana otak anak laki-laki lebih sentitif terhadap gangguan ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa paracetamol fungsi penghilang rasa sakit ini mempengaruhi reseptor cannabinoid pada otak. Mengingat reseptor ini dalam kondisi normal membantu menentukan perkembangan neuron dan juga menghubungkan satu neurondengan neuron lainnya, keberadaan paracetamol diduga mengganggu proses ini. Disamping itu paracetamol juga diduga mempengaruhi perkembangan sistem kekebalan tubuh dan meracuni janin yang nantinya akan mempengaruhi kapasistas metabolis ketika anak tersebut dewasa dan juga diduga menyebabkan stress oksidatif.