Saat ini Australia memang sedang melakukan program perlindungan penuh terhadap serangan terorisme baik bagi warganya yang ada di Australia maupun waraganya yang ada di Luar Australia. Hal ini dapat sepenuhnya dimengerti mengingat berdasarkan laporan intelejen Australia ancaman terorisme dan ekstrimisme ini sangat nyata.
Australia tercatat sebagai salah satu negara yang warganya paling banyak berjuang bersama ISIS di luar Australia. Berbagai pergerakan ekstrimisme yang terjadi di dalam negeri sampai saat ini memang berhasil dipatahkan oleh pihak berwenang di Australia dan memberikan hukuman yang sangat berat bagi para ekstrimis termasuk di dalamnya hukuman seumur hidup dan pencabutan kewarganegaraan si pelaku teror.
Penangkapan kelima orang yang diduga simpatisan ISIS yang ingin berencana berjuang di Syria minggu ini kembali membuktikan bahwa benih benih ekstrimisme itu memang telah tumbuh subur di Australia.
Indonesia dijadikan negara perantara
Dari hasil investigasi yang dilakukan oleh unit penangkal terorisme Australia menunjukkan bahwa kelima orang yang berasal dari Melbourne tersebut memang berencana menuju Indonesia dan Phillipina untuk selanjutnya bergabung dengan pasukan ISIS di Syria.
Selama ini memang beberapa dari mereka terutama Musa Cerantonio, Sheyden Thorne dan Kadir Kaya memang berada dalam pengamatan dan pengawasan unit anti terorisme Australia, namun karena dianggap tidak berbahaya belum dilakukan penangkapan.
Namun rupanya rencana ke lima orang ini yang berangkat dari Melbourne dan berencana akan menggunakan speed boat berukuran 7 meter berangkat dari wilayah utara Queensland ke Indonesia berhasil dideteksi dengan baik oleh pihak kepolisian dan unit anti teror Australia, setelah seminggu dalam pengamatan.
Dari hasil investigasi yang mendalam kelima orang tersebut memang berniat untuk bergabung dengan pejuang ISIS dengan menjadikan Indonesia sebagai negara perantara sebelum mereka melanjutkan ke Philipina dan Syria.
Siapa Musa Cerantonio ?
Musa Cerantonio memiliki latar belakang keluarga Italia dan lahir di Melborne. Pada usia 17 tahun Musa Cerantonio masuk Islam. Dalam beberapa tahun kemudian kiprahnya sebagai penda’wah semakin mencuat dan berpengaruh terutama dukungannya kepada jihad di Irak dan Syria.
Pada tahun 2014 Musa ditangkap di Phiilipina atas kicauanya di Twitter yang menyatakan bahwa dia pernah berangkat ke Syria. Penangkapan Musa ini dilakukan oleh pihak berwenang Philipina atas informasi yang diberikan oleh Australian Federal Police (AFP). Selanjutnya setelah penangkapan ini Musa dideportasi ke Australia.