Lihat ke Halaman Asli

Ronny Rachman Noor

TERVERIFIKASI

Geneticist

Apa Penyebab Bergesernya Kutub Bulan?

Diperbarui: 24 Maret 2016   08:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Posisi kutub utara dan selatan bulan saat ini dibandingkan dengan posisi kutub bulan 3 milyar tahun yang lalu. | Sumber:James Tuttle Keane "][/caption]Jika dibandingkan sumbu bulan 3 milyar  tahun yang lalu,  ternyata sumbu bulan saat ini telah mengalami pergeseran sebesar 6 derajat atau sejauh 201 km. Temuan yang sangat menarik ini dipublikasikan di Jurnal ilmiah bergengsi Nature beberapa waktu  lalu.

Pergeseran kutub bulan ini diduga disebabkan kerena adanya aktivitas vulkano yang ada di wilayah yang dinamakan Procellarum yang meliputi luasan sebesar 30% dari permukaan bulan. Procellarum merupakan wilayah yang paling aktif sejak  awal terbentuknya bulan.  Diduga keberadaan es di bulan ini terjadi sebelum pergeseran kutub bulan.

Dugaan pergeseran kutub bulan ini didasarkan pada analisa data hidrogen yang ada di bulan, tim peneliti menemukan adanya deposit hidrogen pada kutub bulan yang mengalami pergeseran jika dibandingkan dengan kutub bulan saat ini.  Namun jika  wilayah hidrogen tersebut diukur jaraknya dengan deposit hidrogen pada kutub yang berlawanan, maka jarak kutub bulan yang kuno ini sama dengan jarak kedua kutub bulan saat ini.

[caption caption="Evolusi vulkano  bulan. | Sumber: James Tuttle Keane "]

[/caption]Pergeseran sumbu bulan ini disebabkan karena adanya perubahan massa bulan akibat pembentukan vulkano atau pembentukan kawah raksasa. Tim peneliti dari the Planetary Science Institute in Tucson, Arizona ini mengemukan bahwa dengan mengamati dan menentukan pergeseran sumbu bulan ini, maka perubahan wilayah Procellarum dapat dijadikan patokan evolusi perubahan bulan yang terjadi sejak milyaran tahun yang lalu.

[caption caption="Sumbu bulan saat ini (warna biru) dan sumbu kedua deposit hidrogen (warna hijau) yang diduga sebagai posisi awal kutub bulan.| Sumber: Posisi kutub utara dan selatan bulan saat ini dibandingkan dengan posisi kutub bulan 3 milyar tahun yang lalu. | Sumber:James Tuttle Keane "]

[/caption]Mengingat konsentrasi hidrogen umumnya berada di wilayah yang paling dingin di bulan, penemuan ini membuktikan bahwa di bulan ada air.  Suhu dingin yang mencapai minus 170 derajat Celcius dari di wilayah terdingin bulan ini membuat es mengeras seperti batu dan tidak pernah mencair maupun menguap.  Kondisi seperti ini menguatkan dugaan bahwa keberadaan air dalam bentuk padat ini abadi.

Tim peneliti berpendapat bahwa  keberadaan es ini sudah ada sebelum terjadi pergeseran sumbu bulan yang diperkirakan ada sekitar 3 milyar tahun yang lalu.

[caption caption="Bulan memiliki mega medan magnet ratusan milyar tahun yang lalu. | Sumber: www.sciencenews.org"]

[/caption]Implikasi penemuan

Penemuan penyebab pergeseran sumbu dan kutub bulan ini membuat bulan dapat dijadikan objek penelitian untuk mempelajari kapan air mulai masuk dalam sistem matahari (solar system) yang pada umumnya dihipotesiskan bahwa pada awalnya sistem matahari ini kering tanpa keberadaan air.

[caption caption="Posisi Procellarum  yang diduga merupakan deposit air yang dalam bentuk padat sekeras batu. | Sumber: public.media.smithsonianmag.com"]

[/caption]Jika sampel es ini dapat diambil, maka akan dapat ditentukan apakah es ini berasal dari komet atau asteroid atau justru berasal  vulkano bulan itu sendiri.

[caption caption="Model base camp yang memungkinkan para peneliti tinggal beberapa lama di bulan dalam misi NASA 2020. | Sumber: AP"]

[/caption]NASA berencana akan mengambil sampel es ini   dalam misinya kembali ke bulan pada tahun 2020.  Jika misi ini dapat direalisasikan paka para ilmuwan berencana akan melakukan pengeboran es beberapa meter dari permukaan untuk dibawa ke bumi dan dianalisa untuk menguak rahasia sejarah  keberadaan air dalam sistem matahari.            

 Rujukan : satu, dua, tiga,empat, lima

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline