Lihat ke Halaman Asli

Ronny Rachman Noor

TERVERIFIKASI

Geneticist

Pembelajaran dari Diakhirinya “One Child Policy” Cina

Diperbarui: 30 Oktober 2015   11:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"One child policy" salah satu kebijakan demografi paling ekstrim di dunia. Photo: Reuters/Stringer

Ada berita yang cukup mengejutkan yang disampaikan oleh pihak berwenang Cina beberapa jam yang lalu, yaitu diakhirnya kebijakan “one child policy” di Cina. Pemerintah Cina kini memperbolehkan keluarga untuk memiliki 2 anak bagi yang salah satu orang tuanya merupakan hasil dari kebijakan “one child policy".

Kebijakan “one child policy” di Cina memang merupakan salah satu kebijakan demografi yang paling ekstrim di dunia. Tidak hanya sampai membuat peraturan saja, pemerintah Cina memberikan sangsi tegas bagi yang melanggarnya termasuk denda dalam bentuk uang dan penjara serta kehilangan pekerjaanya.

Banyak pakar demografi menilai bahwa diakhirinya kebijakan “one child policy” merupakan korban dari kemajuan ekonomi Cina yang mulai merajai dunia. Di era tahun 1980 pada umumnya negara kuat di dunia memandang sebelah mata perekonomian dunia. Saat itu kekuatan ekonomi di Asia di pegang oleh Jepang. Kni peta kekuatan ekonomi dunia sudah berubah karena Cina sudah menjelma tidak saja menjadi kekuatan ekonomi di Asia namun  telah menjadi kekuatan ekonomi dunia.  Hal ini terbukti ketika Cina menurunkan nilai mata uangnya, perekonomian dunia dan juga nilai mata uang negara lain terguncang hebat. Tidak pelak lagi kini Cina memegang peran penting dan penentu  peta perekonomian dunia.

Namun ternyata  perkembangan ekonomi Cina yang luar biasa ini tidak disertai dengan modal sosial yang memadai akibat tergerusnya kelompok usia produktif yang merupakan salah satu dampak dari penerapan "one child policy" yang diterapkan sekitar 35 tahun lalu.

Apa itu “one child Policy”

“One Child Policy” yang diterapkan oleh pemerintah Cina pada tahun 1979 hanya memperbolehkan pasangan memiliki 1 anak saja. Di beberapa wilayah pedesaan dan juga untuk etnik minoritas di bawah kebijakan “one child policy” masih memperbolehkan pasangan memiliki anak kedua jika anak pertamnya adalah perempuan.

Kebijakan ini mengakibatkan banyaknya kasus aborsi dan juga pembunuhan bayi perempuan. Dampak terbesar dari kebijakan ini disamping melambatnya pertumbuhan populasi kategori usia produktif dan juga menimbulkan ketidak seimbangan antara penduduk laki-laki dan perempuan atau yang dalam istilah demografi disebut dengan “Gender imbalance”.

Dampak “One Child Policy”

Kebijakan kontroversi “one child policy” yang diterapkan pada tahun 1979 tersebut membuat pemerintah Cina berpikir ulang akibat dampaknya yang cukup buruk dan jika diteruskan akan mempengaruhi daya saing Cina ke depan.

Dampak penerapan program "one child policy" terhadap  kelompok usia produktif dan usia tua di Cina dibanding dengan populasi dunia. Cina menghadapi masalah populasi yang semakin menua.  Sumber : PBB, BBC
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline