Perseteruan Blatter - Platini makin memanas. Photo: http://images.performgroup.com
Tampaknya Sepp Blatter tidak rela kalau Michael Platini yang dulu mitra dekatnya mencalonkan diri dalam ajang pemilihan presiden FIFA mendatang. Sepp Baltter memang sudah terlanjur basah. Ketidakrelaan Blatter ini terlihat dari hasil wawancaranya kepada kantor berita Rusia TASS baru-baru ini yang isinya yang menyerang habis-babisan Platini. Tampaknya prinsip bumi hangus atau mati siji mati kabeh (tijitibeh) sedang diterapkannya untuk menggagalkan Platini dalam pemilihan nanti.
Saat ini memang baik Blatter maupun Platini sedang menjalani sangsi selama 90 hari dari Komisi Etik FIFA yang sedang menyelidiki pembayaran Blatter sebesar AU$2,8 juta kepada Platini. Kasus ini merupakan bagian dari penyelidikan yang dilakukan oleh otoritas Swiss.
Dalam wawancara tersebut Blatter mengatakan bahwa dialah yang merencanakan Rusia dan Amerika menjadi tuan rumah piala dunia tahun 2018 dan 2022, namun Platini menukanginya sehingga Qatar menang.
Sepp Blatter ketika diwanwancarai kantor berita Rusia TASS. Dia mengatalan :"
Blatter juga mengatakan bahwa dirinya menginginkan kedua kejuaraan besar ini jatuh ke 2 kekuatan politik besar dunia yaitu Rusia dan Amerika. Blatter menggambarkan voting ganda untuk menentukan tuan rumah piala dunia yang dilakukan pada tahun 2010 tersebut sebagai katalis untuk mengatasi krisis di badan sepak bola dunia ini.
Peristiwa inilah yang memicu skandal terbesar yang pernah melanda FIFA, dimana 14 official dan juga staf eksekutif pemasaran diselidiki keterlibatannya oleh US Department of Justice in May for bribery, money laundering, demikian juga dengan kasus penyuapan yang terjadi di tubuh FIFA
Kepada kantor berita TASS Blatter menyatakan bahwa awalnya dia dan Platini yang membuat keputusan tersebut. “untuk kejuaraan dunia telah disepakati akan jatuh ke Rusia (2018) dan untuk tahun 2022 kembali ke Amerika” ujarnya.
Stadium Luzhniki Arena stadium di Moscow yang akan menjadi tempat final kejuaraan piala dunia 2018. Photo: TASS/Sergei Fadeichev
Blatter lebih lanjut mengatakan bahwa dia telah ditipu oleh Platini yang karena ada tekanan presiden asosiasi sepakbola Perancis yaitu Presiden Nicholas Sarkozy sehingga menyebabkan kesepakatan tersebut dibelokkan ke Qatar.
Blatter juga mengungkapkan adanya acara makan siang antara Platini dan senior officer Qatar dan juga Presiden Nicolas Sarkozy yang menyebabkan mengubah pendirian presiden UEFA.