Lihat ke Halaman Asli

Ronny Rachman Noor

TERVERIFIKASI

Geneticist

Stress vs Koruptor

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Fisiologi stress

Kata stress menghantui hampir semua kalangan di hampir seluruh unit perkerjaan.Tidak jarang stress dituduh sebagai biang kerok munculnya berbagai permasalahan yang lebih besar, seperti perceraian, kegagalan berkarir, munculnya konflik, korupsi dll.Benarkah demikian ?

Secara garis besar fase stress dibagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu pertama fase normal, kedua fase kompensasi, ketiga fase exhausted dan keempat Fase kematian.Semua mahluk hidup tidak terkecuali manusia dalam suasana dan lingkungan yang normal memiliki Zona Homestasis nya masing masing .Zona ini merupakan kisaran dimana individu dapat tumbuh, kerkembangserta bereproduksi dengan normal.Apabila terjadi stress (catatan : stress didefinisikan dengan semua kondisi lingkungan eksternal dan internal yang mengganggu status fisiologi suatu individu) maka sistem di dalam tubuh akan bekerja sama mulai dari sensor yang ada seluruh tubuhakan menangkap stress signal dan meneruskan pesan stress tersebut ke hipothalamus untuk selanjutnya akan dikoordinasikan tindakan apa yang harus dilakukan oleh tubuh untuk mengatasi stress tersebut.

Ababila stress tergolong ringan, maka mekanisme yang diambil dapat berupa evasi (menghindar dari kondisi stress) atau menggunakan mekanisme kelenturan fenotik (phenotypic plasticity) yang berupa modifikasi fenotipik agar stess tersebut dapat segera diatasi.Sebagai contoh dalam menghadapi kondisi panas dan stess lingkungan di wilayah tropik ukuran tubuh kita yang tinggal di daerah tropis lebih kecil dibandingkan dengan orang yang tinggal di wilayahempat musim.Kecilnya ukuran tubuh orang yang tinggal di wilayah tropis merupakan keuntungan agar dapat tetap bertahan di wilayah tropis. Dalam upaya mempertahankan diri terhadap stress melalui mekanismekelenturan fenotipik berlaku mekanisme trade off, dimana ada hal yang harus dikorbankan dalam bertahan dalam kondisi stress.Kemampuan bertahan di daerah tropis akan disertai dengan pengorbanan ukuran tubuh yang lebih kecil.Kondisi lain yang memicu fenomena kelenturan fenotipik ini adalah kekurangan makanan, tereksposnya individu terhadap radioaktif, berbagai zak kimia, tekanan mental dll

Seperti yang telah diuraikan di atas fenomena yang paling menarik adalah fase kompensasi, dimana stress yang ringan dapat memicu dan meningkatkan performans kita.Mengapa demikian?Dalam keadaan normal ada sebagian gen ada yang tidak bekerja (ada dalam keadaan dorman).Kelompok gen yang masuk kategori ini antara lain kelompok stress genes, misalnya HSP, ADH, MDH dll.Gen gen ini hanya aktif dan berfungsi jika toleransi stress yang dimiliki oleh individu sudah terlampaui. Gen HSP (Heat Shock Protein atau Stress Protein) misalnya akan bekerja jika dalam kondisi stress sudah berada di luar batas kirasan zona homestasis.Dalam kondisi ini semua fungsi vital tubuh akan dihentikan untuk sementara waktu dan akan diambil alih oleh aktifnya kelompok stress gene ini.Jika kondisi lingkungan kembali normal dalam waktu yang sesaat maka semua fungsi vital tubuh akan diaktifkan kembali dan kelompok stress gene ini akan kembali non aktif.Jika stress intensitasnya bertambah dan berlangsung lama, maka individu akan masuk ke dalam fase exhausted, suatu kondisi dimana stress gene tidak mampu lagi menanggulangi stress dan individu sudah mulai terpengaruh oleh stress.Kondisi stress berat yang terus menerusakan merubah metabolisme dan bahkan beberapa penelitian menjunjukkan dalam kondisi yang berat gentertentu akan mengalami mutasi. Jika kondisi ini terus berlanjut, maka dapat berakibat pada kematian individu tersebut.

Dalam kehidupan sehari hari stress yang ringan akan memicu dan meningkatkan performans akibat diaktifkannya gen gen yangselama ini dormandalam kondisi normal.Pimpinan yang sukses biasanya sudah berkali kali terkespos pada kondisi stress ringan ini.Demikian juga individu individu yang biasa terkespos pada stress ringan biasanya akan lebih sukses berkarir jika dibandingkan dengan individu yang tidak pernah mengalami stress dan selalu dalam kondisi zona homestasi (zona normal).

Stress vs Koruptor

Mekanisme stress seperti yang telah diuraikan di atas berlaku juga pada kasus korupsi yang semakin marak di negara ini.Orang yang pertama kali melakukan korupsi biasanya akan mengalami stress.Salah satu mekanisme yang bisa dirasakan adalah rasa ketakutan yang luar biasa apabila perbuatannya diketahuioleh orang lain.Perasaan berdebar, ketakutan, gelisah, was was, curiga dan terkadang disertai dengan keringat dingin merupakan mekanisme perubahan fisiologi yang terjadi akibat adanya stress ini.Perbuatan korupsi yang pertama kali ini akan menggangu sistem fisiologis tubuh dan jika berlanjut akan menggeser zona homestasisnya ke zona yang baru yang kita namakan “Zona homestasis Korupsi”.Tanda tanda telah terjadi perubahan zona ini adalah tidak tampaknya gejala stress pada tindakan korupsi selanjutnya. Jika perbuatan korupsi ini terus dilakukan maka fungsi fisiologis tubuh dan kejiwaan akan terbiasa dan tidak akan berdampak lagi bagi individu tersebut.Para koruptor yang telah berada di zona homestasis baru ini tidak akan merasakan stress.Kondisi “Stress ringan” yang dialami oleh para koruptor ini akan meningkatkan performanya.Sebaliknya jika para koruptor yang sudah ada dalam zona ini berhenti melakukan korupsi, dia akan kembali mengalami stress karena harus merubah status fisiologi dan kejiwaannya kembali ke zona homestasis lamanya yaitu “zona homestasis jujur”.Stress yang muncul ditimbulkan akibat perubahan dari kebiasaan melakukan korupsi ke kondisi yang penuh dengan kejujuran.

Perubahan dari satu zona homestasis ke zona homestasis lainnya bukanlah semudah membalik tangan. Diperlukan waktu yang cukup lama dan kondisi yang berulang ulang.Magnanya hukuman yang ringan bagi koruptor kelas kakap tidak akan merubah “zona homestasis korupsi” nya. Secara teoritis koruptor kelas teri akan lebih mudah dikembalikan “Zona Homestasi jujur” nya dibandingkan dengan koruptor kelas kakap. Jadi diperlukan kondisi stress yang berat untuk menggertak dan mengaktifkan kelompok stress gene ini.Salah satu kondisi stress berat ini adalah pemiskinan total bagi para koruptor.Memang para koruptor kelas kakap akan mengalami stress berat, akan tetapi melalui perlakukan stress berat bertahap dan berulang ulang, masih ada kemungkinan untuk mengembalikan para koruptor ke “Zona homestasis jujur” nya sebagaimana hakekat fitrahnya manusia.

Sesungguhnya fitrah manusia itu baik, oleh sebab itu Allah SWT membuka lebar-lebar pintu tobat untuk memperoleh ampunanNya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline