[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Photo : c1.staticflickr.com"][/caption] Sudah dapat dipastikan apabila Malaysia berhasil mengimpor bibit sapi Bali murni dari kita secara besar besaran, maka dalam jangka 10 tahun ke depan kita akan mengimpor sapi Bali dari Malaysia. Apabila hal ini terjadi, maka dalam jangka panjang akan membunuh perenomomian peternak dan mengganggu perekonomian nasional. Mengapa demikian ? Dengan luasan lahan sawit yang sangat memadai, kondisi lingkungan yang hampir sama dengan Indonesia, keberpihakan pemerintah serta manajemen pemeliharaan yang lebih baik, sapi Bali yang kita ekspor ke Malaysia akan dapat berkembang biak dengan pesat dan memiliki bobot potong yang lebih tinggi di Malaysia. Ironisnya lagi yang memelihara sapi Bali di Malaysia di perkebunan sawit sebagian besar adalah Tenaga Kerja Indonesia. Mengapa Malaysia mengimpor sapi Bali ? Langkah Malaysia untuk mengimpor sapi Bali bukanlah untuk mencukupi kebutuhan daging nasional mereka. Dari perhitungan kebutuhan akan daging, Malaysia tidak perlu mengimpor sapi Bali dari Indonesia. Kebutuhan daging Nasional Malaysia sudah dapat dipenuhi dari sapi lokalnya seperti sapi Kedah Kelantan, Selembu, sapi silangan Brakmas dan sapi impor lainnya, seperti Brahman dll. Jadi tujuan utama Malaysia mengimpor sapi Bali adalah untuk memanfaatkan dan mengembangbiaknya sebagai ternak bibit dan dalam jangka panjang mengekspornya kembali ke Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya. Di mata pengekspor sapi, Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial. Setiap tahunnya Indonesia mengimpor setara dengan ratusan ribu ton daging yang kalau dirupiahkan angka ini sangat menggiurkan. Hal ini disebabkan karena kebutuhan daging nasional lebih tinggi dari suplay daging nasional. Secara nasional sapi lokal memegang peran sentral dalam menyediakan daging, sebab sekitar 85% dari kebutuhan daging nasional dipenuhi dari daging sapi lokal, dimana sapi Bali sebagai penyumbang utamanya. Dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, kekurangan daging ini di pasok dari Australia dan New Zealand. Dengan pertimbangan jarak angkut dan sistem pemeliharaan semi ekstensifnya, ke depan Malaysia diprediksi akan menjadi salah satu negara pesuplai daging Indonesia. Sapi Bali sebagai Aset Nasional Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dalam kurun 35 tahun terakhir telah dibuktikan bahwa sapi Bali merupakan sapi asli Indonesia dan didomestikasikan langsung dari Banteng (Bos sondaicus) yang juga merupakan sapi asli Indonesia. Ditinjau dari segi genetik, sapi Bali ini kekerabatannya terpisah dengan sapi lokal Indonesia lainnya seperti Sapi Madura, Sapi Pesisir, Sapi Ongole dan sapi Aceh. Dari sejarah domestikasi, sapi Bali merupakan hasil jalur domestikasi tersediri, sehingga spesiesnya dibedakan dengan bangsa sapi Eropa (Bos taurus) dan Sapi kasawan Hindustan (Bos indicus) Jadi sapi Bali ini jelas merupakan aset nasional yang tidak dimiliki oleh negara manapun di dunia ini sekaligus merupakan satu satunya sapi di dunia yang nenek moyangnya (banteng) masih hidup. Disamping itu, sapi Bali memiliki sederet kelebihan yang tidak umumnya dimiliki oleh sapi lain, seperti : tahan terhadap penyakit, tahan terhadap lingkungan ekstrim, mampu mencerna dan memanfaatkan pakan dengan kadar serat kasar tinggi, sebagai salau satu sapi yang memiliki persentase karkas tertinggi di dunia, memiliki daging dengan kandungan kolesterol yang lebih rendah. Dengan segala kelebihannya ini tentunya sapi Bali merupakan primadona yang sangat dilirik oleh negara lain baik untuk dikembangbiakan sebagai bibit murni ataupun disilangkan dengan sapi lain. Perlu kehatian-hatian. Sapi Bali telah diakui secara internasional sebagai sapi Asli Indonesia. Plasma nutfah yang super ini perlu dilindungi dengan kebijakan nasional agar dapat dimanfaatkan secara optimal sekaligus dilestarikan dan tidak dengan gampang diekspor ke negara lain hanya untuk tujuan politis semata. Sangatlah tidak masuk akal jika aset nasional yang sangat berharga ini secara tidak terkendali diekspor ke negara lain yang dalam jangka panjang akan menjadi pemasok sapi Bali ke Indonesia. Dalam dunia peternakan, belum pernah dalam sejarah ada negara-negara yang memiliki plasma nutfah asli ataupun yang memiliki bibit bibit sapi unggul yang berperan vital dalam perekonomian nasionalnya mengekspor sapi bibit terbaiknya ke negara lain. Biasanya sapi yang diekspor ke negara lain tersebut adalah sapi yang mutunya kurang baik utuk digunakan sebagai sapi bibit. Bahkan dalam kondisi ekstrim, sapi jantan yang mereka ekspor dikebiri terlebih dulu agar tidak dapat berkembang biak di negara lain. Marilah kita berpikir lebih rasional dalam menjaga aset nasional yang sangat berharga ini, kebanggaan mengekspor sapi Bali dan Banteng merupakan kebanggaan semu dan dalam jangka panjang akan merugikan kepentingan nasional, sebab dengan kondisi permintaan dan suplai daging nasional, Indonesia masih jauh sebagai negara pengekspor sapi. Menjaga dan melindungi sapi Bali merupakan salah satu wujud cerminan nasionalisme kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H