[caption id="" align="aligncenter" width="496" caption="Photo: http://www.thestar.com.my/"][/caption]
Editor pemberitaan wilayah Asia Pacific, The Australian, Rowan Callick hari ini menulis judul yang cukup menyolok yaitu “Mahatir menyalahkan korban”. Pemberitaan ini masih berkaitan dengan peristiwa penembakan di markas Charlie Hebdo.
Dalam pemberitaan wartawan ini mencoba menyajikan dan membenturkan tiga pihak, yaitu Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahatir Mohamad, pemerintah dalam hal ini Perdana Menteri Najib Razak dangaris keras Islam Malaysia Ibrahim Ali.
Dalam pemberitaannya tentang Mahatir, wartawan menyajikan pendapat Mahatir yang cenderung menyalahkan korban. Wartawan ini menyebut bagaimana Mathatir menyatakan tidak berduka dengan peristiswa ini.Mahatir menyatakan kejadian ini lebih sebagai konsekuensi karena para korban menghina Nabi Muhammad dan tidak menghargai Islam.Kejadian ini disebut akibat adanya provokasi dan tidak berhubungan dengan agama.Selain itu Mahatir berpendapat bahwa provokasi agama harus dihindari, karena kita tidak akan dapat memprediksi akibat dari provokasi tersebut.
Menurut Mahatir terus mengolok-olok Nabi Muhammad dengan sengaja padahal mereka tau bahwa orang muslim tidak menyukainya akan sangat menggangu.Bahkan karena mereka menganggap aman terlindung, mereka terus memperolok-olok.Ketika kita memprovokasi orang, kita tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi kata Mahatir.
Tampaknya si wartawan mencoba mengangkat pendapat Mahatir ini untuk mengatakan bahwa peristiwa ini terjadi akibat salah sendiri dan hal ini sangat wajar terjadi.
Selanjutnya wartawan dalam tulisannya membenturkan pendapat ini dengan pendapat pemerintah yang bertolak belakang dengan mengemukakan pendapat Perdana Menteri Malaysia yang sekarang yaitu Najib Razak dengan memberitakan bahwa Nadjib Razak mengutuk keras peristiwa ini dan Malaysia akan berdiri dibelakang rakyat Perancis.Dikemukakan juga bagaimama pendapat Kepala Kepolisian Malaysia Khalid Abu Bakar yang menyatakan bahwa Malaysia akan lebih mengetatkan hukum yang berhubungan dengan terorisme.
Bukan menjadi rahasia lagi bahwa Mahatir yang sering mengkritik pemerintah sekarang secara terbuka.Sebaliknya dalam berbagai hal Pemerintah Malaysia menganggap Mahatir terlalu berlebihan mengkritik pemerintah dan tidak pas dengan suasana negara Malaysia.
Tampaknya si wartawan ingin tetap memelihara perbedaan tajam antara Matatir dengan pemerintah yang sekarang dengan mengkontraskan kedua pendapat ini..
Pihak ketiga yang dibenturkan adalah pendapat pendiri organisani nasional Malaysia Perkasa Ibrahim Ali yang bersumpah akan membakar kitab injil yang menggunakan kata “Allah” di dalamnya yang oleh pengadilan Malaysia telah diputuskan bahwa kata tersebut hanya dapat diguinakan dalam agama Islam saja. Dia juga berpendapat bahwa kejadian ini akibat kesalahan hukum Perancis gagal memberikan perlindungan untuk mencegah orang menghina agama Islam.
Tampak sekali si wartawan ingin menyatakan kepada Internasional bahwa di Malaysia ada juga kaum haluan keras.
Dapat dibayangkan bagaimana pemberitaan singkat ini dapat saja menggugah perasaan dunia yang sedang berduka untuk mengangkat sentimen anti Islam.
Memang dalam sebuah tulisan terpendam ribuan pesan yang seringkali menimbulkan multi intrepretasi pembacanya.Pena itu terkadang terasa sangat lembut yang menghasilkan tulisan indah, akan tetapi juga dapat terasa setajam pedang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H