Lihat ke Halaman Asli

Ronny Rachman Noor

TERVERIFIKASI

Geneticist

Penemuan Bahan Bakar Surya Cair

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merubah energi surya menjadi bahan bakar cair dengan bantuan bakteri. Photo: http://images.nationalgeographic.com/

[caption id="" align="aligncenter" width="416" caption="Merubah energi surya menjadi bahan bakar cair dengan bantuan bakteri. Photo: http://images.nationalgeographic.com/"][/caption]

Dalam sebuat artikel ilmiah di Proceedings of The national Academy of Sciences Torella dkk menyampaikan hasil penemuan dari tim peneliti Harvard University yang unik dan mungkin merupakan acuan bahan bakar ramah lingkungan masa depan.Tim peneliti ini berhasil mengkombinasikan energy surya yang ramah lingkungan dengan bahan bakan minyak untuk menghasilkan bahan bakar cair yang lebih efisien jika dibandingkan dengan biofuel.

Para peneliti ini memanfaatkan energy surya dan elektroda stainless steel untuk memisahkan air menjadi oksigen dan hydrogen.Selanjutnya mereka mensuplai hydrogen yang dihasilkan ke koloni bakteri, yang memicu koloni bakteri tersebut untuk mengkonversi CO2 menjadi propanol.

Hasil temuan ini diprediksi dapat mengatasi kesulitan penyimpanan energy surya yang selama ini masih menjadi kendala.Meamang selama ini hydrogen sangat menarik perhatian para peneliti untuk digunakan sebagai energy alternative, akan tetapi ada kendala dalam penyimpanan dan distribusi energi nya, sehingga adopsi teknologi bahan bakar ramah lingkungan masih sangat lambat.

Hidrogen memang masih belum banyak digunakan secara luas sebagai bahan bakar ataupun untuk menghasilkan energy lisrik.Oleh sebab itu ide menyimpian energy surya dalam bentuk cair sangat menarik dan menjanjikan.

Bahan bakar cair yang diturunkan dari CO2 ini sangat menjanjikan karena memiliki keunggulan dalam mengkombinasikan penggunaan energy surya yang ramah lingkungan dan suplai carbon yang terbarukan.Cairan yang dihasilkan dari proses ini, yaitu isopropanol biasa digunakan untuk bahan penyuci hama dan bahan aditif parmaseutikal cocok sebagai bagian dari infrastruktur bahan bakar.

Hasil penemuan tim ini efisiensinya melebihi bahan bakar bio yang dihasilkan dari biji-bijian seperti jagung yang selama ini sudah diproduksi.

Hal positif lainnya dari teknologi yang ditemukan ini adalah proses elektrolisisnya tidak memerlukan katalis yang biasanya terbuat dari bahan yang sangat jarang ditemukan seperti platinum atau indium yang biasanya diperlukan untuk memisahkan oksigen dan hydrogen dari air.

Jika teknologi ini nantinya dapat dibuat dengan skala industri untuk menghasilkan bahan bakar maka kita akan dapat menikmati bahan bakar yang ramah lingkungan, terbarukan dan tentunyalebih murah.

Sumber : Proceedings of The national Academy of Sciences




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline