Lihat ke Halaman Asli

Rr Isnaisa Salma Nazlaliyah

Human of 19 years old

Wanita Harus Mengerti

Diperbarui: 2 Juli 2021   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

shutterstock.com

Salah satu tanda luar biasanya ciptaan Tuhan adalah adanya fenomena terdekat di dalam tubuh kita, khususnya bagi para wanita, yaitu menstruasi atau haid. Tidak sedikit orang menyebutnya PMS. 

Perlu kita ketahui, PMS sebenarnya tidak sama dengan haid. PMS (pre menstrual) merupakan gejala yang timbul sebelum terjadinya haid. PMS ini tidak menimbulkan keluarnya darah. 

Biasanya, gejala yang terjadi hanya berupa perubahan emosi, kram di bagian pinggang, atau sekadar keinginan untuk mengonsumsi sesuatu. Sedangkan haid merupakan suatu kondisi keluarnya darah dari vagina akibat peluruhan dinding rahim yang tidak dibuahi oleh sperma.

Tidak jarang di lingkungan para wanita membicarakan haid, terutama perihal siklus yang dialami atau efek samping yang dirasakan, seperti rasa mulas atau pegal-pegal. 

Berbicara tentang siklus haid, pada umumnya wanita di Indonesia memiliki paradigma bahwa haid terjadi satu bulan sekali dengan anggapan jika haid terjadi di awal bulan, maka bulan berikutnya akan di awal bulan juga. 

Akan tetapi, fakta yang terjadi kerap kali berbeda. Contohnya ada wanita yang tanggal haid nya menjadi lebih cepat atau lebih lambat dibanding bulan sebelumnya. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Paradigma kita yang kurang tepat ataukah fakta sains yang belum kita pahami? Mari kita telusuri!

Siklus haid merupakan tanda kematangan organ reproduksi pada wanita yang dipengaruhi oleh berbagai macam hormon. Hormon itu sendiri merupakan substansi kimia yang diproduksi oleh tubuh untuk mengatur aktivitas sel atau organ tertentu. Dalam salah satu jurnal kesehatan yang ditulis oleh Farida, perlu kita ketahui bahwa siklus haid ini sangat erat kaitannya dengan tingkat kesuburan pada wanita. Maka dari itu, penting bagi setiap wanita untuk selalu memperhatikan siklus haid yang dialaminya.

Siklus haid yang normal berlangsung setiap 21-35 hari, terhitung dari hari pertama haid dengan lama waktu haid 3-7 hari. Umumnya, wanita memiliki sikus haid 28 hari. Misalnya, pada bulan Januari wanita A mengalami haid pada tanggal 5-10, maka haid berikutnya diperkirakan terjadi pada tanggal 2 Februari. Jika siklusnya berlangsung 31 hari misalnya, maka haid berikutnya diperkirakan terjadi pada tanggal 5 Februari. Namun, jika siklus haid tersebut setelah dihitung kurang dari 21 hari (polimenorea) atau lebih dari 35 hari (oligomenorea), maka diduga terdapat gangguan dalam siklus haidnya. Menurut Sarwono (2010), polimenorea dan oligomenorea ini dapat menyebabkan sel telur wanita tidak dapat matang secara maksimal sehingga sulit terjadi pembuahan tatkala ada sel sperma yang masuk.

Dalam Gharravi (2009), ada beberapa faktor yang diduga mampu menimbulkan gangguan siklus haid ini, seperti gangguan hormonal, status gizi IMT (Indeks Massa Tubuh), dan tingkat stress. Penelitian yang dilakukan oleh Aesthetica Islamy dan Farida membuktikan bahwa status gizi dan tingkat stress merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam gangguan siklus haid. Seperti yang kita ketahui atau mungkin kita alami, pada fase remaja ini status gizi menjadi salah satu permasalahan yang kompleks berkaitan dengan postur tubuh ideal yang diidamkan oleh para wanita.

Lalu, mengapa status gizi dapat mempengaruhi siklus menstruasi? Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, hormon sangatlah penting dalam mengatur siklus haid. Keteraturan hormon dalam siklus haid berkaitan erat dengan asupan gizi seperti karbohidrat, lemak, dan protein. Tubuh kita memerlukan 22% lemak. Sel-sel lemak ini berfungsi untuk membantu memproduksi hormon estrogen yang diperlukan dalam siklus haid. Wanita yang memiliki berat badan lebih dari normal, akan menghasilkan hormon estrogen lebih banyak dan banyaknya hormon estrogen akan memacu perbanyakan hormon androgen yang mampu mengganggu kematangan sel telur dalam ovarium. Adapun wanita yang memiliki berat badan kurang dari normal akan menyebabkan produksi hormon estrogen berkurang sehingga fase ovulasi mengalami pemendekan dan mengganggu siklus menstruasi . Oleh karena itu, seseorang membutuhkan asupan lemak yang cukup agar siklus reproduksinya terjaga dengan baik.

Selain faktor gizi, tingkat stres juga sangat berpengaruh terhadap siklus menstruasi. Masa sekolah atau aktivitas perkuliahan yang dipadati dengan berbagai macam tugas dan kegiatan, tidak jarang menjadi penyebab stress pada remaja. Stress merupakan respon tubuh yang berhubungan dengan pengontrolan emosi untuk kemudian berhubungan juga dengan sistem hormon. Stress akan mempengaruhi hormon reproduksi pada siklus menstruasi. Untuk itu, seorang wanita harus pandai mengontrol emosinya agar siklus menstruasi dapat berlangsung dengan normal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline