Lihat ke Halaman Asli

Mahasiswa, Tulang Rusuk Bangsa

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Mahasiswa merupakan produk masa depan yang bertugas sebagai agen of change, bertugas sebagai generasi penerus dan pembangun tujuan Negara .“ Begitulah salah satu bunyi pidato K.H Mansyuri, tokoh masyarakat desa Kras Kota Kediri dalam kegiatan pengajian remaja pada hari minggu, 30 Maret 2014.

Sangat membanggakan bila dilihat status mahasiswa sebagai manusia yang berintelek yang tak sedikit orang mempunyai kesempatan sama sebagai penyandang status mahasiswa.“Wong mahasiswa itu manusia pandai kok, buktinya punya kesempatan kuliah. Bukan sembarang orang loh itu, jadi ya harus sungguh-sungguh memerankan statusnya ”, lanjut dawuh kyai siang itu.

Namun fakta lain menyebutkan , mahasiswa merupakan salah satu dari segolongan orang yang mempunyai peran sebagai pengguna efisiensi teknologi masa kini. Terbukti dengan ramainya tempat hiburan seperti mall, café, dan karaoke keluarga, yang sebagian besar penggunjungnya adalah mahasiswa. “Kalau lagi liburan atau lagi ada waktu luang, enaknya seneng-seneng sambil jalan-jalan ke mall liat fashion terbaru. Atau paling sering sih nongkrong rame-rame di foodcourt”, ujar Dini, salah satu mahasiswi perguruan tinggi di kota Kediri. Gaya hidup bersenang-senang seperti itu merupakan gaya hidup hedonis. Hedonisme merupakan istilah yang menunjukkan suatu paham kesenangan, berasal dari kata hedone yang berarti kesenangan. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, hedonisme merupakanpaham yang beranggapan bahwa kesenangan adalah yang paling benar di dunia. Para penganutnya akan berusaha memanfaatkan waktu yang ada untuk memuaskan diri dalam urusan duniawi.

Menurut filsuf Aristipus of Cyrine (435-366 SM), kesenangan merupakan rasa dari watak yang lemah lembut dan merupakan tujuan yang sebenarnya dari kehidupan. Kesenangan dikendalikan oleh akal, namun melalui usaha “rasionalisasi” keadaan yang didasarkan atas upaya penyesuaian antara keinginan sebagai tujuan dengan penyesuaian melalui pendekatan moral/etika terhadap nilai-nilai sosial dan spiritual.

Kembali lagi pada peran mahasiswa penyandang status agen of change, melihat realitas masa kini dengan ‘kesibukan’ mahasiswa yang sedemikian banyak, lalu apa yang dapat diberikan oleh seorang mahasiswa bila ia belum sepenuhnya menyadari kewajibannya dan menyadari apa yang dilakukannya belum mencerminkan dari sikap megemban tugastersebut. Oleh karena itu, sepatutnya seorang mahasiswa menelaah kembali tujuan berpendidikan tinggi dan menelik kembali apa yang perlu dilakukan dalam bentuk perwujudan dedikasi untuk bangsa ini, bangsa Indonesia. (ryz)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline