Lihat ke Halaman Asli

Roziqin Matlap

Dosen Hukum

Akhirnya Menulis Lagi (Untuk Anakku, Bagian 0)

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akhirnya menulis lagi. Itulah yang ayah lakukan. Setelah sekian lama tidak menulis panjang, serta tidak update status di fb dan twitter. Sudah banyak coretan-coretan yang ayah persiapkan untuk calon buku, sampai-sampai mamamu berkali-kali menegur ayah untuk segera menyelesaikan tulisan tersebut, tapi belum jadi ditulis karena banyak sebab. Tapi ketika menemukan tema tentangmu,  tiba-tiba semangat menulis muncul lagi. Semua untukmu. Dan tentu saja, semuanya karena Allah. Doakan agar ayah bisa ikhlas.

Tulisan sederhana ini tentu tidak sebanding dengan pesan Lukman Hakim, Nabi Ya'qub, Nabi Muhammad, dan orang-orang suci lainnya kepada anaknya. Tapi setidaknya, inilah tanggung jawab ayah kepadamu. Suatu saat nanti, ayah mungkin tidak meninggalkan banyak warisan, tapi mudah-mudahan tulisan ini menjadi warisan yang sangat berharga, karena ada ilmu di dalamnya, yang disampaikan penuh rasa cinta. Bukankah ilmu pula yang dipilih oleh Nabi Sulaiman saat ditawari oleh Allah, dibandingkan harta dan tahta? Dari ilmu pula ternyata Nabi Sulaiman memiliki harta dan tahta yang tidak akan pernah tertandingi sampai akhir zaman.

Nak, ilmu apapun tidak akan masuk ke hatimu, bila kamu tidak membuka hatimu. Demikian pula saat kamu membaca tulisan ini kelak. Bacalah dengan hatimu dan dengan penuh cinta. Selanjutnya, agar hatimu terbuka dan penuh cinta, maka bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakanmu. Inilah yang sering dilupakan orang. Banyak  orang pintar, namun malah membodohi masyarakat. Banyak pula sarjana yang ilmunya tidak berguna untuk masyarakat dan bingung mencari kerja, dan saat ayah menulis ini, ada kabar lulusan S2 sebuah kampus ternama di Indonesia sedang depresi. Entah apa sebabnya. Tapi bisa jadi mereka dahulu mempelajari ilmu tanpa membaca nama Tuhan.

Bacalah dengan nama Tuhanmu. Itulah ayat yang pertama turun. Dengan menyebut nama Tuhanmu, maka semoga kamu tidak sombong saat berhasil, dan tidak depresi saat gagal. Dengan nama Tuhanmu maka semoga ilmumu dapat dimanfaatkan untuk masyarakat karena sifat kasih sayangmu kepada sesama, karena sungguh Tuhanmu pun Maha Pengasih dan Penyayang. Dengan nama Tuhanmu, maka engkau akan dimudahkan dalam setiap urusan. Insya Allah.

Anakku, umur sebuah tulisan akan melebihi umur manusia. Al Ghazali berpesan, jika kamu bukan anak raja dan ulama besar, maka menulislah. Melalui tulisan pula orang-orang suci dahulu bisa memperpanjang umur dan menambah pahala. Mereka menulis setiap menerima ilmu, kecuali orang yang sangat khusus yang tanpa menulis pun mereka hafal setiap ilmu yang diterima. Orang-orang suci itupun menulis buku agar dibaca oleh generasi penerusnya. Banyak dari kita pun akhirnya bisa membaca karya mereka, dan selama dibaca dan dimanfaatkan oleh generasi setelahnya, maka pahala akan terus mengalir ke orang suci tersebut. Bukankah seolah orang suci itu masih hidup sampai sekarang? Dan memang demikianlah adanya. Ada orang-orang suci yang disangka sudah meninggal, tapi sebenarnya mereka masih hidup. Suatu saat kamu akan tahu tentang hal ini.

Anakku, jika tulisan ini bermanfaat, maka sebarkanlah, agar ayah dan dirimu mendapat pahala terus menerus selama mereka melaksanakan hal baik yang berasal dari tulisan ini. Jika tulisan ini tidak bermanfaat, maka biarkanlah, karena ini akan jadi bukti bagi ayah di akhirat kelak, bahwa ayah sudah memberimu nasehat. Seorang ayah akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat atas apa yang dilakukan oleh anggota keluarganya. Jika anggota keluarganya berbuat dosa, maka siap-siaplah para ayah. Semoga tulisan ini bisa menjadi bukti yang meringankan bagi ayahmu saat hari perhitungan nanti.

Nak, setelah membaca tulisan ini, maka bacakanlah doa untuk ayah dan mamamu. Bacakan pula doa untuk kakek nenekmu, guru-guru ayah dan guru-guru mamamu, serta guru-gurumu. Karena jasa merekalah kamu bisa membaca. Janganlah sombong jika suatu saat ilmumu melebihi ayah dan mamamu, serta guru-gurumu. Karena sesungguhnya pahala yang kamu dapat, akan kami dapatkan pula, karena ilmumu tidak akan didapat tanpa perantaraan kami. Lalu bacakan doa pula kepada murid-muridmu jika kelak kamu punya murid, agar mereka juga menjadi orang yang berguna.

Anakku, carilah ilmu, karena itulah adalah perintah Tuhanmu, dan Ia akan meninggikan derajatmu. Ilmu lebih baik dari harta, karena ilmu akan menjagamu, sementara kamu harus bersusah payah menjaga harta. Ilmu tidak akan habis ketika dibagi, dan justru akan terus bertambah, sementara harta akan habis bila dibagi, kecuali harta yang dinfakkan di jalan Allah.  Jangan mencari ilmu karena manusia dan karena harta, karena kelak kamu akan kecewa.

Anakku, hal yang penting dari ilmu adalah mengamalkannya. Betapapun tinggi ilmumu, bila tanpa amal maka akan kosong belaka. Tak peduli seberapa banyak gelarmu, jika kamu tidak bisa memberi manfaat untuk masyarakat, maka kamu adalah sampah masyarakat. Bahkan sampahpun masih bisa dimanfaatkan untuk manusia dan makhluk hidup lain.

Nak, kelak ilmu yang didapat akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Sang Maha Pemberi Ilmu. Semoga kita termasuk orang-orang yang selamat menghadapi hari pertanggungjawaban.

Citayam, 13/8/2014, pukul 2:08

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline