Telur adalah sumber makanan yang sempurna karena kaya akan nutrisi seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Menurut data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (2018), konsumsi telur meningkat sebesar 6,6% setiap tahun sejak tahun 2017 hingga 2018 dan terus meningkat. Telur ayam sangat digemari Masyarakat, karena manfaat kandungan nutrisi kompleks yang dikandungnya, serta harganya yang jauh lebih murah dibandingkan makanan sumber protein hewani lainnya. Telur merupakan produk protein hewani yang populer di kalangan masyarakat umum dan menawarkan banyak manfaat praktis. Telur memiliki nutrisi lengkap, rendah kalori, mudah dicerna, mudah didapat, dan relatif terjangkau. Namun, telur tergolong mudah rusak, mudah retak, serta umur simpannya pendek, dan sulit ditangani di gudang. Komponen telur terdiri dari 11% cangkang telur, 58% putih telur , dan 31% kuning telur. Persyaratan mutu fisik telur ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 3926: 2008. Selain itu, kualitas telur yang beredar di masyarakat setempat tidak dapat terjamin kualitasnya, karena pedagang telur seringkali tidak memiliki pengetahuan tentang cara menyimpan telur yang benar.
Telur yang akan dikonsumsi harus memenuhi kriteria layak dikonsumsi. Kriteria ini dapat dievaluasi secara fisik, visual, mikrobiologis dan, tentu saja, berdasarkan sensorik. Proses penyampaian telur dari produsen ke konsumen biasanya melalui jalur yang cukup panjang sehingga ketika telur berpindah ke tangan konsumen, sudah berumur beberapa hari atau tidak baru lagi. Tingginya kandungan nutrisi kompleks, terutama protein yang terdapat pada telur, membuat telur sangat rentan terhadap patogen seperti bakteri coliform, E.coli, dan salmonella yang dapat menimbulkan penyakit jika tidak ditangani dengan baik atau disimpan dengan ama, terutama jika umur telur lebih dari 1 minggu. Penting untuk mengetahui cara membedakan kualitas telur yang kita beli dan cara menyimpan telur yang benar agar kualitas telur yang kita konsumsi selalu terjamin.
Telur merupakan salah satu dari produk hewani yang berasal dari ternak unggas dan dianggap sebagai sumber makanan protein berkualitas tinggi. Meskipun telur mengandung banyak manfaat dan nutrisi, tapi rentan terhadap penurunan kualitas akibat kerusakan fisik dan penguapan uap air, karbon dioksida, amonia, nitrogen, dan hidrogen sulfida dari dalam telur. Dalam keadaan tertentu, media yang cocok untuk pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan cara memilih juga menyimpan telur dengan baik. Untuk mencegah penurunan kualitas telur, dapat diamati adanya faktor pencetus yaitu kontaminasi mikroba. Hal ini dapat menyebabkan telur lebih cepat kehilangan kesegarannya, yang pada akhirnya menyebabkan pembusukan atau kerusakan fisik seperti retak atau bahkan cepat membusuk. Proses fisiologis seperti penguapan air dan pelepasan karbon dioksida tentunya mengurangi kesegaran telur.
Dengan memperhatikan unsur tersebut, kita juga dapat membedakan antara telur segar, atau antara telur baru dan telur lama. Pada telur baru terdapat batas jelas antara putih telur tebal dan tipis, putih telur tidak terdapat bercak darah atau benda asing, kuning telur berbentuk bulat, dan posisi berada di tengah-tengah putih telur tebal. Pada telur yang lebih tua, hal ini dapat dikenali dari tidak jelasnya batas antara putih telur tebal dan tipis, adanya bercak darah atau benda asing pada putih telur, dan bentuk kuning telur yang tidak padat melainkan letaknya sedikit di pinggir. Telur yang baik berwarna kerabang sesuai dengan jenis unggas dan seragam, normal bentuknya, mengkilap, serta permukaannya halus.
Tips menangani dan menyimpan butir telur, diantaranya yaitu butir telur pecah dipisahkan dari telur yang bagus. Lalu, butir telur disimpan berdasarkan ukuran telur. Telur lama dipisahkan dengan telur yang baru. Cangkang telur dicuci tanpa disikat dan langsung dikeringkan. Bahkan, ada yang menganjurkan untuk sebisa mungkin tidak dicuci dan sebaiknya segera diolah untuk dikonsumsi saja. Kemudian, simpan butir telur dalam cangkang/ gunakan baki atas kusam atau lemari es butir telur. Adapun lebih baik dahulukan telu yang telah disimpan lebih lama dibandingkan butir telur baru. Telur mempunyai umur simpan 15 hari pada suhu ruangan dan 30 hari pada lemari es.
Adapun prinsip dasar yang bisa diterapkan untuk memperpanjang umur simpan telur diantaranya, yaitu jika telur disimpa di lemari es, letakkan telur di rak sebelah pintu lemari es dengan bagian runcing menghadap ke bawah. Telur yang dikonsumsi adalah telur yang matang sempurna pada suhu pemasakan minimal 85C selama 1 menit atau pada suhu pemasakan minimal 72C selama minimal 4 menit.
Dilihat dari kandungan pada telur yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh dengan kerentanannya terhadap penurunan kualitas, maka penyimpanan telur perlu diperhatikan. Kesadaran akan pentingnya penyimpanan telur dalam rangka menjaga kualitasnya ini sejalan dengan kesadaran terhadap pemenuhan gizi dan kualitas pangan seseorang. Namun, Sebagian besar masyarakat masih belum mengetahui urgensi serta cara praktis untuk mengetahui juga menyimpan telur dengan baik. Dengan berbagai langkah dan cara pemilihan dan penganan telur yang tepat seperti yang telah dipaparkan di atas, diharapkan umur simpan yang lebih panjang pada telur dapat tercapai sehingga manfaat dari telur juga dapat teraih secara optimal. Diharapkan kedepannya setiap orang dapat memiliki pengetahuan akan pemilihan kualitas telur yang baik ketika akan membeli dan mengetahui cara penyimpanan atau penanganan yang tepat untuk menjaga kualitas, serta memperpanjang masa simpan telur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H