Lihat ke Halaman Asli

Seperti Apa Rasanya Lapar?

Diperbarui: 10 April 2020   22:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

0 Kilometer Yogyakarta

Setiap orang punya alasan masing-masing untuk mudah jatuh cinta atau sebaliknya. Datangnya rasa (baca:cinta) tak perlu banyak alasan, bahkan sebagian datang tanpa alasan. Untuk yang tak mudah jatuh cinta, inilah yang banyak sebabnya. Sebagian tak menghendaki jatuh cinta karena merasa parasnya tak memiliki nilai jual bagi lawan jenisnya, sebagian lagi menyadari dompetnya tak mampu membeli dua porsi bakso untuk setiap kali tempo ngedate bersama doi. Alasan kedua itulah yang dialami Bejo selama ini. Bahkan untuk mengisi perutnya sendiri, ia harus makan siang hari agar bisa menahan lapar hingga malam, dan makan malam hari hingga datang waktu makan siang. Itulah sebab Bejo tak terburu jatuh cinta. Karena ia menyadari bahwa selain hati, cinta juga butuh materi.

Selepas masa kuliah purna, status yang tadinya mahasiswa, kini berubah menjadi pekerja. Meski pekerjaannya tak terlalu bergengsi, setidaknya ia sekarang bisa makan tiga kali dalam sehari. Menyadari kondisinya sekarang, Bejo memberanikan diri dan membuka besar peluang untuk jatuh cinta, dompetnya telah mampu membeli 2 porsi pecel lele maupun ayam bakar pojokan.

Suatu malam, bersama seorang gadis yang telah lama dikenalnya sewaktu kuliah, Bejo mengitari Kota Jogja yang istimewa itu. Sampai ketika, mereka berhenti di salah satu warung di sepanjang Jalan Malioboro. Setelah pesan makan dan tak kunjung datang. Cika, gadis yang malam itu bersama Bejo, tampak tak sabar karena perutnya sedari awal sudah bunyi tanda ia lapar.

"Lama sekali ya, tak tahu kah kalau yang pesan itu sudah lapar." Gumamnya sambil tangannya menyangga dagu tanda kesal.

"Kalau pun tahu, apakah pesananmu lebih cepat datang? Kalau sudah jadi ya pasti diantar, Cik." Jawab bejo dengan melempar sedikit senyum.

"Tapi sudah lapar sekali, perutku sampai bunyi dari tadi."

"Rasakan saja, Cik. Seperti itulah rasanya lapar. Supaya kelak, bisa kau ceritakan pada siapa saja, apa itu lapar." Bejo sengaja membuka perbincangan yang pasti disangkal Cika, supaya mengulur waktu dan tak terasa menunggu lama.

"Semua orang pernah merasa lapar, Jo. Siapa juga yang akan bertanya, seperti apa rasanya lapar?"

"Betul sekali, Cik. Tapi rasa lapar kita dan lapar orang lain bisa berbeda. Perbedaan itulah yang bisa diceritakan."

"Apa maksudmu, Jo?" Cika tampak bingung sekaligus kesal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline