Lihat ke Halaman Asli

M. Zaky Royyan

Mahasiswa STAI Al Anwar Sarang Rembang Jawa Tengah dan Alumnus Amtsilati Pusat

27 Rajab - Safari Rasul Menerima Risalah Kenabian dan Hadiah Istimewa dari Allah

Diperbarui: 22 Januari 2025   08:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Jazirah Arab Tempo Dulu (Sumber: https://inh.or.id/inilah-7-suku-terbesar-di-jazirah-arab-pada-zaman-rasulullah/)

Nabi Muhammad shalla allahu 'alaihi wa sallam merupakan utusan Allah subhanahu wa ta'ala yang memiliki banyak sebutan, salah satunya yaitu Nabi akhir zaman atau Nabi terkahir. Risalah kenabian dan kerasulan diberikan kepadanya oleh Allah sebagai rahmat atau kasih sayang untuk alam semesta. Beliau juga diutus sebagai Rasul agar menjadi suri tauladan bagi umatnya. Namanya sudah terpampang di lauh al-mahfudz sejak sebelum semua makhluk diciptakan. Seluruh alam dan seisinya bershalawat kepadanya bahkan sang penciptanya-pun ketika memanggilnya, memanggil dengan sebutan yang mulia "ya ayyuha ar-rasul, ya ayyuha al-nabi" atas dasar bentuk pengagungan Allah untuk Nabi Muhammad sebagai kekasihnya.

Lahir di negeri yang berbahasa surga, berbahasa Al-Qur'an. Memikul risalah untuk memberi petunjuk kepada umatnya agar selelu perpegang teguh dengan 'urwat al-wutsqa (tali yang terikat kencang) sebagai simbol jalan menuju keridha an Allah subhanahu wa ta'la yang barangsiapa melepaskannya dan menyimpang darinya, maka sungguh ia termasuk orang yang paling rugi yang pernah ada di dunia ini. Nabi Muhammad menjalani proses pembersihan ruhani dengan diutusnya malaikat jibril oleh Allah untuk membersihkan ruhani Nabi Muhammad shalla allahu 'alaihi wa sallam. Menalarnya itu sangat tidak etis, cukup iman saja, sadarlah bahwa logika manusia seperti kita tidak sepatutnya untuk melunjang tinggi berniat melampaui batas kemampuan.

Rasulullah shalla allahu 'alaihi wa sallam menjalani safari dari Masjid al-Haram menuju Masjid al-Aqsha, kemudian dilanjutkan safari dari Masjid al-Aqsha menuju Sidratul Muntaha. Dalam Qur'an surat al-Isra' ayat pertama menjelaskan kisah safari Rasul ini dengan firman Allah yang tertulis:

 

"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjid Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat"

Mengendarai tunggangan ahli syurga, dibersamai dengan malaikat jibril dan bertemu dengan nabi-nabi pendahulunya dalam setiap langit per langitnya sebelum ber-talaqqi dengan Allah subhanahu wa ta'ala untuk yang kemudian Rasul diberi risalah berupa salat. Pertimbangannya-pun terjadi ketika bertemu dengan Nabi Musa. Nabi Musa mempertimbangkan kadar keberatan amanat salat ini yang berjumlah 50 rakaat untuk setiap harinya bagi umat Rasulullah karena andai saja itu diamanatkan kepada umat Nabi Musa-pun belum pasti bisa terlaksana tanpa rasa keberatan walaupun didominasi dengan kaum yang berbadan besar (lebih besar dari umat Rasulullah). Hingga akhirnya jumlah rakaat itu turun sampai pada angka 5 untuk setiap harinya. Perjuangan Rasulullah ini tidak boleh dilalaikan, dan yang lebih penting adalah ibadah salat ini sebagai kepantasan kita menempati status hamba terhadap Allah yang maha kuasa.

Dr. KH. Abdul Ghafur MZ, Lc, M.A. (Babah Abdul Ghofur) memberi pengingat kepada seluruh santrinya bahwa salah satu hal yang paling penting dari peristiwa Isra' Mi'raj Rasulullah ini adalah hadiah Rasul yang dibawa untuk kita yaitu salat, seperti halnya yang tertuang dalam Qur'an surat Al-Muzammil. Bagaimana teks, makna, dan penafsirannya? Mari kita telisik sedikit...

Dalam kitab Tafsir Munir li Wahbah zuhaili diterangkan:

 . () () () ()

 . . : . 

"Wahai orang yang berselimut, bangunlah (untuk melaksanakan) salat malam, kecuali sedikit (waktunya), yaitu setengah malam, atau kurangi sedikit dari itu, atau tambahkan sedikit." Maksudnya, wahai Nabi yang berselimut dengan pakaianmu, bangunlah untuk melaksanakan salat malam (salat tahajud) selama setengah malam, dengan penambahan atau pengurangan sedikit, tidak ada keberatan dalam hal itu. Ini adalah pilihan antara sepertiga, setengah, atau dua pertiga malam. Waktu malam dihitung sejak terbenamnya matahari hingga terbitnya fajar. Dari ayat ini, terdapat petunjuk bahwa batas maksimal yang diwajibkan adalah dua pertiga malam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline