1. Perencanaan dan Analisis Kebutuhan
Langkah awal dalam membangun jaringan FTTH adalah melakukan analisis kebutuhan. Analisis ini mencakup pemetaan wilayah yang akan dilayani dan identifikasi jumlah rumah atau pelanggan potensial. Proses ini sangat penting untuk memastikan jaringan yang dibangun dapat mencakup seluruh area yang diinginkan dengan efisien.
Biasanya, tim teknis akan melakukan survey lokasi untuk memahami kondisi geografis, kepadatan penduduk, serta kendala fisik yang mungkin ada seperti bangunan tinggi atau infrastruktur lain yang bisa menghambat pemasangan kabel. Data ini digunakan untuk menentukan jalur optimal pemasangan kabel fiber optik.
2. Desain Jaringan
Setelah pemetaan wilayah, tahap berikutnya adalah desain jaringan FTTH. Desain ini melibatkan pembuatan skema jaringan yang mencakup pemilihan titik-titik distribusi (optical distribution point/ODP), pemetaan jalur kabel, hingga peralatan yang akan digunakan.
Dalam desain ini, terdapat dua jenis pendekatan yang umum digunakan:
- Point-to-Point (P2P): setiap rumah memiliki satu kabel fiber langsung ke pusat jaringan.
- Point-to-Multipoint (P2MP): satu kabel fiber digunakan untuk melayani beberapa rumah melalui sistem distribusi.
Desain jaringan ini juga harus memperhitungkan kapasitas bandwidth yang diinginkan oleh pelanggan. Dengan begitu, jaringan FTTH yang dibangun akan mampu menampung lalu lintas data yang tinggi tanpa kendala.
3. Pemasangan Kabel Fiber Optik
Tahap selanjutnya adalah instalasi kabel fiber optik di lapangan. Proses ini membutuhkan peralatan khusus untuk menarik dan mengamankan kabel serat optik sepanjang jalur yang telah direncanakan. Ada dua metode umum dalam pemasangan kabel FTTH:
- Pemasangan di atas tanah: menggunakan tiang atau menumpang pada infrastruktur yang sudah ada.
- Pemasangan di bawah tanah: dengan menggali parit dan menanam kabel dalam saluran khusus.