Hari demi hari yang kita lalui terasa kian semakin cepat. Angka Kematian penduduk pun juga semakin bertambah. Suasana sangat terasa berbeda ditambahkan iringan dari sirine mobil ambulan yang tiada hentinya, semua ingin perubahan seperti kala normal saat itu. Namun demikian tidak ada usaha yang terwujud, jika ingin memulai perubahan ada kala kita memulai dengan suatu hal yang kecil, setiap usaha yang kita lakukan tidak akan sia-sia dan pastinya akan berdampak baik itu besar maupun kecil.
Jikalau memang keinginan terwujud kita satukan niat kita kembali, yaitu lawan covid-19 dengan cara tetap patuhi prokes 5m. Sama perihalnya seperti kita selaku pelaksana UMKM harus adanya perubahan atau inovasi baru agar bisa mengikuti perkembangan yang sulit di kala pandemi. Perlu adanya analisis yang kritis untuk menerapkan prinsip situasional dalam mengatasi atau mencegah suatu masalah yang kadang-kadang dapat diatasi dengan metode atau prinsip situasional ini.
Pandemi Covid-19 belum juga dapat diatasi maupun terkendali. Kita layaknya masyarakat Indonesia baik itu pemerintah harus terus menangani dan mengawasi perkembangan aspek Kesehatan pandemic terburuk sepanjang kita hidup ini, maka dari itu sudah banyak kita ketahui bahwasanya korona memnimbulkan dampak yang amat besar pada sektor ekonomi dan social di dunia.
Serta tentunya harus ditanggulani dengan penuh perhatian, sebuah organisasi Kesehatan dunia menyatakan bahwa disrupsi social ekonomi akibat Covid-19 amat besar, puluhan juta orang dapat jatuh menjadi miskin. Pandemi menjadikan dunia usaha mengalami masalah tantangan yang begitu berat, dapat kita ketahui usaha-usaha mulai tutup satu persatu dengan salah satu penyebabnya ialah kekurangan uang dan atau kehilangan pekerjaan dalam berbagai tingkatanya.
Setidaknya ada tiga aspek yang harus diketahui dalam dunia usaha di kala pademi seperti ini yang dilakukan dari sudut ekonomi maupun Kesehatan. Pertama ialah menanggulangi ketidak meratanya pelayanan Kesehatan, kedua kita harus bisa berkembang dalam segi teknologi digital.
Dan yang terakhir yaitu perlunya keamanan Kesehatan dalam skala nasional meliputi perlindunga dan pemberdayaan seluruh warga negara terhadap masalah kesatan dan materi saat masa pandemi. Hal ini sangat perlu diamati dan direalisasikan karena dunia sekarang memang amat terhubung antara satu dengan lainnya.
Perekonimian daerah pada umumnya ditopang oleh kegiatan ekonomi berskala mikro, kecil dan menengah. Adanya pandemi dampak covid-19 telah sampai pada kebutuhan sehari-hari, sedangkan sector UMKM yang paling terkena dampak yakni pada makanan dan minuman. UMKM menghadapi kendala yang sangat kompleks dalam perkembangnnya, diantaranya penurunan angka penjualan, kesulitan bahan baku, penurunan produksi, dll. Untuk mengatasi hal tersebut perlunya upaya dan atau kebijakan yang tepat dalam mengatasinya.
Angkrian Joyoboyo salah satu usaha mikro kecil (UMKM) di daerah Kab.Kediri Jawa Timur. Angkringan Joyoboyo adalah warung makan sederhana dengan menggunakan sebuah gerobak dorong, Angkringan memiliki salah satu dari sekian banyak warung makan yaitu berupa gerobak dorongnya serbaguna, selain untuk memanaskan air atau membakar juga berfungsi sebagai tempat menaruh makanan dan sebagai meja bagi para pelanggan. Menu wajib yang selalu ada di Angkringan Joyoboyo adalah Nasi Kucing yang merupakan makanan berisi nasi dengan sambalteri atau sambal tempe, selain nasi kucing terdapat menu lainnya seperti anekan macam gorengan dan persate an.
Angkringan Joyoboyo mulai buka pada tahun 2020 awal dimana covid-19 mulai masuk di wilayah Indonesia yang dibuat oleh mas Agus, disaat awal-awal buka pada bulan januari mendapat omset yang cukup untuk balik modal bagi angkrigan Joyoboyo ini. Hingga sampai pada saat mulai melunjaknya penaikan angka orang yang terkena virus ini dan bahkan sampai meninngal, disaat itulah mulai adanya inidikasi-indikasi penyusutan pendapatan yang diperoleh.
Yang disebabkan oleh beberapa kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan, antaralain berupa pembatasan pembukaa warung dan pembatasan terhadap keramaian atau kerumunan. Kebijakan ini membuat lesunya perekonimian dan masyarakat menjadi enggan untuk berbelanja. Masyarakat hanya akan membeli barang-barang kebutuhan pokok, sedangkan barang yang dinilai masih produktif secara ekonimi masih tetap diberdayakan. Terlebih kebijakan pelanggaran terhadap kerumunan menjadikan angkringan joyoboyo sepi oleh pembeli.
Adapun dampak yang menyababkan proses distribusi bermasalah pada saat pandemic ini yang dirasakan angkringa Joyoboyo, antaralain. Yaitu Penurunan laba, penurunan produk penjualan menyagkut kuantitas. Kuantitas yang dimaksud mas Agus selaku pelaksana yaitu jumlah makanan atau minuman yang laku tiap hari dan tiap bulannya mengalami penurunan, kondisi seperti ini sangat berpengaruh pada penurunan laba atau pendapatan UMKM yang mengalami penurunan secara signifikan.