Aku berjalan mengitari peraduan malam
Menapak dalam jejak hujan rintik-rintik
Tak tahu kemana sepasang sepatu ini bermalam
Ku pasrahkan kepada anila berbisik
Pelosok kota begitu temaram
Seluruh penduduk tenteram tertidur dalam shyam
Sepatu kulitku tak mau berhenti berpijak
Mengajakku berjalan menyusuri trotoar rusak
Suara lolongan anjing cungkring, memecahkan keheningan malam
Satu demi satu gang kumal kuselam
Mencari sesuatu pengganjal perut konser keroncongan
Tak jua kumenemukan hidangan penghangat badan
Lalu aku tersenyum menatap sepatu kulit
Pasti nikmat kalau jadi kerupuk kulit
Menghilangkan kerinduan perut melilit
Yang berharap untuk segera pamit
By Roy Dabut
Medan, tgl 28 Feb 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H