Lihat ke Halaman Asli

Roy Frans

Seorang PNS di Kementerian Keuangan

Puisi: Kristal Ibu

Diperbarui: 20 Juni 2020   11:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Tatapan kosong menerawang menuju awang-awang
Mengenang sejarah panjang yang terkembang
Pahit manis semua menyatu dalam kenang
Tak ada raut wajah lukiskan suasana batin berkecamuk dalam perang

Keriput pipimu ceritakan perjuangan
Butir-butir kristal membasahi pipimu
Sanggupkah aku melihat butir-butir kristal itu mengering seiring menguning usiamu?
Haruskah ini kau lewati di sepanjang umurmu, Ibu?

Jangan habiskan kristal-kristal itu Ibu
Jangan hempaskan ke pertiwi dengan sia-sia
Biarkan anakmu yang menanggung kesedihanmu, Ibu
Berilah bebanmu ke pundakku yang telah siap sedia

Ibu, cukuplah sudah kristalmu menetes di pipi
Biarlah dia mengering tanpa perlu diairi lagi
Izinkan aku gantikan dengan embun pagi
Agar mataharimu bersinar cerah lagi

By Roy Dabut
Dibuat tgl 25 Okto 2019
Di Medan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline