Lihat ke Halaman Asli

Roy Alvian

https://www.kompasiana.com/royalvian

Menyoal Tentang Kekalahan Ahok di Pilgub DKI

Diperbarui: 23 April 2017   06:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasangan Nomor Urut 2, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, saat memberikan keterangan pers di Hotel Pullman Thamrin, Jakarta, Rabu, (19/4/2017) (Foto: Kompas.com / Garry Andrew Lotulung)

"Percayalah Kekuasaan itu Tuhan yang Memberi dan Tuhan Pula yang Mengambil (Basuki Tjahaja Purnama)"

Jagoan saya di Pilgub DKI harus menerima hasil kurang menggembirakan, yaitu kalah di hasil hitung cepat putaran kedua versi Litbang Kompas. Arghhh.. Kekalahan yang sebenarnya sudah saya prediksi dari awal perhelatan pemilu ini.

Kekalahan Ahok. Kalau saya pribadi boleh berpendapat adalah kesalahan dari mesin politik dan tim marketing mereka. Pembelajaran yang bisa kita petik dari kekalahan ini adalah didalam pemilu kita tidak bisa hanya menggarap segmen tertentu. Semua masyarakat harus bisa kita rangkul. Semua orang yang sah secara hukum, punya hak yang sama untuk memilih. Mau dia kaya atau miskin, tua atau muda, berperilaku baik atau buruk, mereka tetaplah calon pemilih yang berhak memberikan suaranya untuk memilih pemimpinnya.

Blunder Strategi Ahok mulai terlihat ketika di putaran pertama mereka hanya menggarap segmen kelas menengah keatas, berpendidikan dan para generasi Millenial. Program-program kampanyenya selama putaran pertama murni dimata saya hanya hura-hura saja dan terlalu mengandalkan media sosial. Tidak terlihat gerakan door to door, turun ke lapangan untuk menggarap segmen lain secara lebih intens. Ahok hanya sekedar blusukan saja, tanpa program lanjutan mengamankan suara di tempat yang sudah di blusukinya. Rasanya Timses Ahok terlalu percaya diri dan akhirnya boomm…. ketakutan saya terjadi. Hasil putaran pertama tidak sampai 50% suara.

Berbeda dengan kudu Anies. Strategi mereka diputaran pertama adalah strategi bertahan. Yang penting lolos ke putaran kedua. Sejak awal mereka menyasar target diluar yang sudah digarap oleh kubu Ahok. Kalau saya jadi Anies, mau tidak mau akan melakukan hal yang sama. Menggarap orang-orang garis keras, ekonomi kurang mampu dan tidak berpendidikan. Mereka adalah warga Jakarta yang berhak memilih dan memiliki suara yang sah. Strategi kubu Anies sangatlah sunyi nan senyap tapi menohok. Dengan cara terjun langsung mengamankan suaranya di lumbung-lumbung utama mereka, strategi brilian ini benar-benar berhasil mengkunci hati para calon pemilihnya untuk tidak berpaling ke pasangan yang lain.

Diakhir waktu mendekati pencoblosan putaran pertama, Anies sangat piawai mengambil momentum. Ketika Agus dan Ahok lagi asyik-asyiknya adu kecepatan satu lawan satu di sirkuit balap, Anies yang membuntuti diposisi ke tiga tancap gas dan main cantik di tikungan tajam. Dan posisi kedua tujuan mereka akhirnya tercapai.

Terlepas dari pendapat teman-teman saya yang berkata kubu Anies pakai politik uang dan main kotor. Kalau saya pribadi biarlah itu dibuktikan oleh aparat yang berwenang. Saya tidak mau berkomentar dan menyoroti masalah itu. Tapi yang jelas, saya ingin membuka mata kita bahwa strategi yang dilakukan Anies Sandi ampuh dan oke oce banget. Hahaha

Buat saya pribadi, yang notabene orang berpendidikan, program-program Anies-Sandi seperti DP 0% dan yang lainnya sangatlah konyol. Solusi yang ditawarkan di beberapa kali debat juga awang-awang.  Tapi harus diakui disampaikan dengan tutur kata yang sangatlah indah, memang disitu keahlian seorang Anies Baswedan. Sekaligus menutupi kelemahan Sandi yang masih belum berpengalaman di pemerintahan.

Seperti jaman pdkt, gombal-gombalan yang konyol pun nyatanya tetap terbukti mampu memikat hati si wanita yang lagi digebetnya. Program yang ditawarkan Anies yang dimata saya konyol itu tetaplah menjadi sebuah harapan yang menjanjikan bagi segmen targetnya. Kita harus sadar yang disasar Anies adalah orang-orang yang tidak berpikir kritis seperti saya. Mereka hanya melihat tampilan luarnya saja. Ditambah lagi gaya ala Anies yang santun itu memang lebih sesuai/diterima dengan nilai-nilai budaya masyarakat kita yang  sangat mendambakan kekeluargaan, keramahtamahan dll

Ketika kampanye putaran kedua berlangsung. Anies mulai alih strategi mendeketi generasi milenial yang sangatlah labil itu. Segmen yang sangat memungkinkan untuk digarap dalam waktu 1 bulan kampanye. Disini kantong suara Ahok tergerus pelan-pelan. “Bra bro bra bro” ala Anies Sandi ketika tampil di media jelas bentuk penetrasi  ke anak-anak muda.

Kalau kita amati gaya busana Sandiaga Uno dalam berpenampilan. Fashionable banget kan? Buat saya yang cowok mungkin biasa saja. Tapi buat anak muda berjenis kelamin wanita, kacamata dan celananya yang branded itu berhasil meluluhkan hati mereka. Di alam bawah sadarnya, wanita-wanita ini seperti menemukan sosok lelaki idaman yang ganteng, cerdas dan tentunya mapan. Personal branding seorang Sandi harus diakui meroket di kalangan anak muda akhir-akhir ini. Disini terlihat jelas kombinasi Anies-Sandi bisa saling melengkapi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline