Lihat ke Halaman Asli

Ketika semua terpaksa terorbitkan pada Ga tau

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ingin rasanya aku mencari kesibukan yang membuat aku lupa akan pertanyaan-pertanyaan yang hamblang jawabnya ini. Mengkayuh tiap detik hari-hari ku tanpa bayangan asa yang memang hampir tak ada lagi, terrampas gejolak perseteruan otak ku yang membuat detak jantungku tersendat-sendat. Ah, kalau bisa aku hilang ingatan saja dan tersadar dengan keadaan tak tau apa-apa lagi. Laju pikirku kadang tak lagi menemui titik waras, yang mengobrak abrik semua konsentrasiku, Ahirnya bingung, pusing, dan kosong pandanganku. Hampir aku tak tau lagi kalau aku masih mengalir darahnya, bedenyut nadinya, berhembus napas sesaknya. Engganku kadang timbul untuk sekedar menyambi berpikir lain lagi atau hanya sekedar menarik napaspun rasanya ogah.

Semua jenis tanya terus menerus menghujamku, seakan mengucap sumpah setia bahwa dia akan bersamaku selamanya. Pandanganku sayup, dipenuhi bening yang menggrogoti kewarasanku "kenapa? Apa? Kok begini?" atau apa jenis tanya itu, yang terus menekan dadaku hingga sesak. Yang menciptakan aku menjadi pribadi pendiam, yang goyah jiwanya, remuk tulangnya, dan menetes darahnya.

Berpikir untuk pergi dari rumah untuk mencari kesibukan diluar sana, atau ingin menjerit sekeras-kerasnya. Hingga yang mendengarkan sampai peka karenanya. Aku ingin melewati hari ini dengan tidur panjang saja. Atau jika aku bisa seperti anak-anak kecil, ingin rasanya aku menangis lengkap dengan suaranya yang serak sambil berguling-guling layaknya anak kecil. Tapi apakah aku dianggap waras jika begitu? Tak tau lah, memang sepertinya virus sindrom gila sudah mulai akrab denganku.

Tapi nyatanya? Ku tutup rapat-rapat bibirku saat orang menggelitik ku dengan pertanyaan "mengapa?". Sebuah tanya yang sejatinya akan mendapat jawaban "ga tau" dari bibirku, atau cuma sebuah gelengan kepala. Kubungkus semua gumpalan perih ini, sampai kapan? Ah, lagi-lagi jawabnya 'ga tau'. Mungkin sampai dimana jasadku terbujur tak lagi mengalir darahnya seperti yang sempat aku inginkan.....

Ya tuhan, jangan borgol hidupku yang sudah nyaris tak kuat ini. "Kenapa?" lagi-lagi kata itu ditanyakan teman yang duduk disampingku. Entah apa yang mengundangnya untuk melemparku kata tanya itu, mungkinkah aku terlihat seperti mayat hidup dimatanya? Ah, itu tak penting dan jawaban yang paling tepat adalah "ga tau".

Padang lawas utara, 30 september 2012




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline