Tepat pada malam peringatan Hari Reformasi Gereja (31/10/2023), kami berada di Instalasi Gawat Darurat dari salah satu rumah sakit bersalin di Surabaya Pusat, menyusul setelah dua kali kesempatan dalam sebulan terakhir memeriksakan istri ke dokter kandungan karena menstruasi yang lebih dari lima belas hari tak kunjung berhenti.
Pada kesempatan yang pertama ke dokter kandungan, dokter yang bersangkutan memberikan terapi obat secara oral untuk menghentikan menstruasi, tetapi menstruasi tak kunjung berhenti setelah dua puluh satu hari berlalu.
Kemudian kami kembali periksa ke dokter kandungan, dan pada kesempatan yang kedua ini setelah mendengarkan penjelasan dari dokter tentang berbagai kemungkinan penyebabnya, malam itu juga saya memutuskan untuk mengikuti salah satu saran dokter untuk dilakukan tindakan kuretase guna mengambil jaringan dari dalam rahim untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Setelah keputusan ini saya ambil, kami meminta izin pulang untuk mempersiapkan segala sesuatunya, sebelum malam itu juga menjalani rawat inap karena kadar hemeglobin istri yang di bawah normal, sehingga harus menjalani transfusi darah terlebih dahulu sebelum dilakukan tindakan kuretase keesokan harinya.
Dalam perjalanan pulang, kami sempat membeli sate dan gulai kambing, dan saat menunggu sate sedang diolah, saya sempat bertanya: "Tadi ketika Papa memutuskan untuk kuretase, kok Mama pasrah gitu aja, nggak ada sanggahan sama sekali?" Dengan tenang dijawab: "Iya, karena Papa adalah imam Mama, jadi Mama mengikuti apa yang telah Papa putuskan, dan keputusan itu pasti yang terbaik."
Singkat cerita, kami makan sate dan gulai kambing bersama di rumah, kemudian membawa perlengkapan dan pakaian secukupnya, dan selanjutnya bergegas menuju Instalasi Gawat Darurat untuk menjalani transfusi darah dan terapi infus.
Ruangan yang digunakan untuk menjalani transfusi darah dan terapi infus ini adalah ruangan yang sama digunakan saat kami sedang menanti kelahiran buah hati---di ruangan yang sama itu pula saya menunggui istri sembari membuat catatan-catatan sederhana, saat menanti kelahiran buah hati, catatan tentang arti nama buah hati: goo.gl/yNeYAC, dan saat menunggui istri yang akan menjalani kuretase, catatan tentang Hari Reformasi Gereja: bit.ly/472P4YC
Pagi pun tiba (1/10/2023), saya meninggalkan istri sebentar untuk menyelesaikan kewajiban di tempat kerja, dan setelahnya bergegas kembali menuju rumah sakit untuk menunggui istri yang akan menjalani kuretase. Sesaat sebelum kuretase dilakukan, dan sebelum saya meninggalkan ruangan, istri sempat meminta saya berdoa untuknya.
Proses kuretase pun selesai dilaksanakan dalam waktu yang tidak terlalu lama, dan setelahnya saya segera menyelesaikan administrasi untuk pemeriksaan patologi/sitologi terhadap spesimen jaringan kerokan yang diperoleh dari rahim istri. Setelah administrasi terselesaikan, saya segera menghampiri istri yang belum sadarkan diri karena efek obat bius yang diberikan sebelum dilakukan tindakan kuretase.
Berada tepat di samping istri, saya menggenggam tangannya sembari menatap wajahnya, dan berbincang dengan diri sendiri: "Betapa tangguhnya perempuan ini, kuretase pun dihadapinya tanpa ada sedikit ketakutan, sementara saat aku menyelesaikan administrasi tadi menjumpai seorang perempuan yang menangis kepada suaminya memohon supaya tidak menghadapi kuretase."